Dongeng Eratkan Hubungan Emosional Orang Tua dan Anak

Hj Nina Soekarwo di dampingi Kapala Baperpusip dan Kak Setyo Mulyadi secara simbolis menekan layar touch screen sebagai tanda dimulainya Festival Dongeng Jawa Timur tahun 2014.

Hj Nina Soekarwo di dampingi Kapala Baperpusip dan Kak Setyo Mulyadi secara simbolis menekan layar touch screen sebagai tanda dimulainya Festival Dongeng Jawa Timur tahun 2014.

Pemprov, Bhirawa
Tradisi mendongeng harus dikembangkan kembali. Dengan mendongeng, hubungan emosional antara orang tua dan anak menjadi lebih erat serta harmonis karena dengan mendongeng akan terjadi interaksi dan diskusi positif orang tua kepada anak.
Hal tersebut disampaikan Ketua TP PKK Provinsi Jatim, Dra. Hj. Nina Soekarwo M.Si saat membuka Festival Dongeng Jawa Timur di Royal Plaza Jl. A. Yani 16-18 Surabaya, Kamis, (26/6).
Ia menjelaskan, dengan mendongeng orang tua akan mampu berinteraksi langsung dengan anak sehingga terjadi hubungan kedekatan hati secara baik. Selain itu, dampak dari kedekatan hubungan antara orang tua dan anak bisa membentuk budi pekerti yang baik melalui pesan-pesan positif lewat cerita dongeng yang diceritakan.
Bude Karwo sapaan akrabnya menegaskan, gerakan mendongeng bertujuan untuk mengajak dan menyadarkan masyarakat mengenai pentingnya membiasakan membaca buku kepada anak menjelang tidur guna membentuk pondasi karakter, budi pekerti, daya nalar dan kreatifitas, serta memperkuat ikatan batin antara orang tua dan anak.
Lebih jauh Bude Karwo mencontohkan, ketika orang tua mendongeng, pikiran anak akan berimajinasi kemana-mana menghubungkan isi dongeng dengan khayalannya sendri. Ini menunjukkan jika imajinasi anak akan lebih jauh dan luas dibandingkan gambaran kalimat dari orang tuanya.
Berdasarkan laporan Bank Dunia, minat baca anak Indonesia termasuk paling rendah yakni sebesar 51,7 persen dibawah Philipina 52,6 persen, Thailand 65,1 persen, Singapura 74 persen dan Jepang 82,3 persen.
“Akan tetapi di Jatim, bedasarkan kajian indeks minat dan baca yang dilakukan oleh Baperpus dan Arsip bekerjasama dengan lembaga pengabdian UNAIR tahun 2013, menunjukkan hasil positif yakni minat baca masyarakat Jatim sebesar 56 persen,” imbuhnya.
Menilik hal itu, maka Pemprov Jatim melalui Badan Perpustakaan dan Kearsipan (Bapersip) akan bekerja sama dengan PKK di Kab/Kota Jatim untuk menggalakkan kembali tradisi mendongeng kepada anak-anak.
Kerjasama ini akan ditandai dengan disiapkannya buku-buku cerita untuk dibagikan ke taman posyandu yang ada di Jatim. “Semoga Bapersip Jatim dapat segera menyiapkan buku dongeng dan cerita kepada kab/kota agar diberikan di taman posyandu yang sudah terbentuk 10.927. Kita berharap gerakan ini bisa terjalin dengan baik sehingga sarana mendongeng ini bisa membangun anak-anak Indonesia lebih baik dan berkualitas,” terangnya.
Sementara, Kepala Bapersip Jatim, Drs A. Mudjib Afan MARS mengatakan, saat ini kebiasaan mendongeng kepada anak di masyarakat dari waktu ke waktu mulai pudar karena pengaruh teknologi informasi yang begitu besar.
Bapersip Jatim menilai, mendongeng merupakan sarana untuk meningkatkan imajinasi dan kecerdasan anak sekaligus memberikan pengenalan kepada tokoh-tokoh sejarah dan dongeng agar anak memahami dan meneladani isi dari dongeng tersebut.
“Kami bekerja sama dengan PKK untuk lebih menggiatkan gerakan membacakan buku pada anak menjelang tidur (mendongeng) karena PKK dalam tugas pokoknya telah mendampingi masyarakat hingga ke daerah pelosok,” imbuhnya.
Ke depan, Bapersip Jatim akan menugaskan pustakawan untuk mengembangkan imajinasi dengan menulis serial dongeng. Salah satunya, menulis tentang tokoh daerah, sejarah daerah, tokoh dongeng.

Kak Seto akan Usulkan ke Presiden, Mendongeng Menjadi Gerakan Nasional
Komisi Nasional Perlindungan Anak, Seto Mulyadi mendukung langkah yang dilakukan oleh Pemprov Jatim dalam gerakan membacakan buku pada anak menjelang tidur atau mendongeng patut diapresiasi. Bahkan, akan membawa gerakan di Jatim ini menjadi gerakan nasional yang bisa dilakukan seluru provinsi di Indonesia.
“Apa yang dilakukan di Jatim ini, harus menjadi gerakan nasional yang didukung oleh semua pihak. Kami akan membawa pesan ini kepada Presiden. Bahkan jika dimungkinkan kegiatan ini bisa dicanangkan pada peringatan Hari Anak Nasional yang jatuh pada tanggal 23 Juli 2014,” kata Kak Seto.
Menurutnya, melalui gerakan ini akan secara otomatis mengkampanyekan kembali membangun kedekatan antara orang tua dengan anak. Kasus pelecehan seksual anak merupakan bukti kurangnya perhatian orang tua kepada anak. “Banyak kasus anak dilatarbelakangi kurangnya komunikasi orang tua,” katanya.
Kebiasaan berdialog dan tanya jawab akan tercipta jika dari kecil sudah terbiasa di dongengkan menjelang tidur, karena dengan dongeng anak akan mudah menjalin komunikasi dengan orang tua, melalui tokoh dongeng, jalan cerita hingga arti yang disampaikan.
Ia menambahkan, mendongeng juga merupakan sarana efektif menjalin dialog secara baik antara orang tua dan anak. Selain itu, manfaat mendongeng dapat digunakan sebagai menjaring apirasi dan komunikasi antara anak dan orang tua, menjaring aspek kelebihan anak, melatih kemampuan berbicara, kreatifitas anak, perkembangan emosi serta perkembangan moral.
Selama ini, gerakan mendongeng harus selalu dilakukan mengingat dongeng sudah dikalahkan dengan adanya media eletronika seperti tayangan televisi, video, internet, hingga game.
“Sehingga semua itu menyebabkan anak menjadi autis bukan karena bawaan. Tapi kurangnya berdialog hingga tidak terasah kecerdasan emosionalnya,” katanya.
Dalam kesempatan tersebut, Kak Seto juga mengungkapkan jurus jitu dalam mendongeng, seperti komitmen yang kuat, persiapan yang matang, pemenuhan hak anak, terus belajar, dan kreatif. “Mendongenglah dengan cinta.. C.. I.. N.. T.. A,” katanya yang diiringi dengan sahutan suara dari para peserta.
Ditempat yang sama, Kepala Bapersip Jatim, Drs A Mudjib Afan MARS menyambut positif langkah yang dilakukan Kak Seto untuk meneruskan konsep gerakan mendongeng tersebut ke Presiden RI. “Memang belum ada provinsi di Indonesia yang melangsungkan gerakan mendongeng ini,” katanya.
Bahkan, dalam upaya mendongrak dongeng di Jatim, Bapersip Jatim juga telah menyediakan dua kendaraan dongeng keliling yang diisi beragam kebutuhan bagi anak, mulai dari buku bacaan hingga alat peraga. “Targetnya ada empat untuk menjangkau Jatim. Ideal lima mobil dongeng. Kabupaten/kota didorong yang sama bentuk sharing,” katanya.
 
Dari Awal Suka Dongeng, Berharap Menang
Pemprov Jatim melalui Badan Perpustakaan dan Kearsipan (Bapersip) menyelenggarakan Festival Dongeng Jawa Timur. Puluhan peserta dari berbagai sekolah dasar di 38 Kabupaten/kota se Jatim ikut dalam festival tersebut . Mereka antusias unjuk kebolehan mendongeng. Sejak pagi, para peserta telah siap untuk tampil menunjukkan kemampuan terbaiknya.
Ketika festival usai dibuka Bude Karwo, para peserta cilik itu satu persatu menunjukkan kepiawaiannya mendongeng di panggung. Pengunjung mall pun banyak yang melihat dan turut  menikmati atraksi yang disuguhkan oleh para peserta. Mereka cukup takjub dengan kemampuan peserta dalam bercerita dan ikut tertawa saat peserta melakukan adegan-adegan unik.
Sebab, sebenarnya peserta sendiri memiliki kemampuan yang hampir merata. Rata-rata telah menguasai isi cerita. Tak hanya itu, mereka juga melakukan atraksi seperti melompat-lompat, berguling-guling, hingga menangis.
Totalitas peserta dalam menceritakan dongeng juga dapat dilihat dari mimik wajah serta pergantian suara saat terjadi dialog yang melibatkan beberapa tokoh dengan karakter berbeda. Semuanya dilakukan peserta dengan durasi waktu 15 menit.
Cerita dongeng yang disajikan peserta memang terbilang sederhana yang mengutamakan pada cerita lokal di daerahnya masing-masing.  Para peserta mengemas dongeng tersebut cukup apik tanpa mengurangi pesan moral di dalamnya. Tak jarang, beberapa peserta menyampaikan pesan moral yang terkandung setelah mereka selesai mendongeng.
Salah satu peserta, Yiva Valentina Yonaputri, siswa kelas 5 SDN Maospati 3, Magetan terpilih menjadi perwakilan dari Kabupaten Magetan. Bersama gurunya, ia menunggu giliran untuk tampil di panggung.
“Saya ingin seperti Kak Seto yang bisa mendongeng,” ucapnya yang acapkali juara perbagai lomba di kabupaten Magetan ini.
Putri pertama dari pasangan Yohan Prayudi dan Lina Dian Krisnawati  ingin menunjukkan kepiawaian menceritakan sebuah dongeng asal daerahnya yaitu Legenda Ki Nantang Yudho.
“Ceritanya mengenai kepahlawanan ketika berperang melawan Belandang dan akhirnya gugur pada perjalanan pulang karena jatuh ke jurang,” ujarnya yang ingin sekali memenangkan festibal ini.
Begitupula dengan Triessya Ananda Permata Citra, siswa kelas 5 SD Banjaran 4, Kediri. Dalam festival dongeng, ia akan menceritakan mengenai Misteri Keong Mas. “Saya memilih  cerita ini karena mudah dipahami dan menarik,” ungkapnya.
Sama seperti Yona, Triessya yang merupakan anak dari pasangan Dodi Prianto dan Purbayunita juga menyukai dongeng dan mendengarkan dongeng dari orang tuanya. Ia mengharapkan bisa memenangkannya.
“Tidak akan grogi, harus selalu percaya diri. Sebelumnya sudah belajar dan berdoa,” katanya bersemangat.
Sementara, salah satu juri asal Dinas Pendidikan Surabaya, Djoko Purnomo mengakui, kalau kebanyakan peserta memang cukup bagus sebab merupakan para juara dari Kabupaten/kota. Sehingga para juri harus jeli melihat.
“Terus terang, hampir semuanya tehnik berceritanya cukup bagus. Yang membedakan yaitu penokohan. Sebab ada yang treatikal dan ada menggunakan cara bercerita dengan baik,” katanya di sela-sela kegiatan.
Dalam menanggapi Festival Dongeng Jatim yang diselenggarakan Bapersip Jatim, Kepala Sekolah SD Banjaran 4 Kediri, Nurul Latifah mengharapkan kegiatan tetap bisa berlanjut dari tahun ke tahun. “Kegiatan ini sangat tepat dan bagus untuk anak-anak,” katanya.
Namun, ia juga mengusulkan, untuk pelaksanaan kegiatan kali ini harus ada penentuan mengenai kostum atau bahan untuk atraksi yang ditampilkan. Sebab, tidak semua peserta membawa bahan untuk atraksi. “Tapi tetap saya salut dan menyambut positif kegiatan ini. Semoga tetap dipertahankan dan bisa melaju ke tingkat nasional,” katanya. [rac]

Tags: