Dongkrak Daya Saing untuk Mendukung Ketahanan Pangan dan AEC 2015

Pupuk produksi PT Petrokimia Gresik (PKG) telah terbukti berhasil menyuburkan pertanian seperti tanaman padi. Tak heran jika saat ini PKG telah menjadi perusahaan pupuk terlengkap di Indonesia.

Pupuk produksi PT Petrokimia Gresik (PKG) telah terbukti berhasil menyuburkan pertanian seperti tanaman padi. Tak heran jika saat ini PKG telah menjadi perusahaan pupuk terlengkap di Indonesia.

Surabaya, Bhirawa
Perkembangan industri pupuk di Indonesia semakin tinggi, terutama untuk industri pupuk non subsidi yang saling bersaing sempurna. Untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat itu, setiap perusahaan pupuk dituntut untuk melakukan inovasi dan performance terbaik, tak terkecuali PT Petrokimia Gresik (Persero) yang merupakan produsen pupuk terlengkap di Indonesia.
Perusahaan pupuk yang awalnya hanya berkapasitas produksi 39 ribu ton/tahun, hingga kini mencapai kapasitas 6 juta ton/tahun telah memproduksi berbagai macam pupuk. Yakni Urea, ZA, SP-36,  ZK, NPK Phonska, NPK Kebomas, dan pupuk organik  Petroganik. Tak puas hanya memproduksi pupuk, PT Petrokimia Gresik juga memproduksi produk non pupuk, antara lain  Asam Sulfat, Asam Fosfat, Amoniak, Dry Ice, Aluminum Fluoride, Cement Retarder dan lain-lain.
“Keberadaan PT Petrokimia Gresik adalah untuk mendukung program pemerintah dalam rangka meningkatkan produksi pertanian dan ketahanan pangan nasional. Dan yang terpenting pula adalah bagaimana perusahaan membangun industri berkelanjutan, menatap masa depan dengan tekad untuk meningkatkan kinerja perusahaan dan memenangkan persaingan,” kata Direktur Utama PT Petrokimia Gresik (PKG) Hidayat Nyakman.
Diusianya yang tahun ini genap berusia 42 tahun, PKG telah berhasil meningkatkan kinerja yang sangat memuaskan. Hal ini terlihat dalam peningkatan nilai aset, pendapatan dan laba pada 2013 lalu. Total aset perusahaan mencapai Rp21,79 triliun, meningkat 13 persen dari 2012 lalu sebesar Rp19,25 triliu.
Begitu pula dengan penjualan yang mencapai Rp24,55 triliun atau naik 13,16 persen dibanding 2012 yang hanya sebesar Rp21,69 triliun. Dengan kinerja yang sangat memuaskan ini, PKG berhasil mengeruk laba setelah pajak sebesar Rp1,73 triliun atau naik 24 persen dibanding 2012 yang hanya untung Rp1,38 triliun. Besarnya laba ini merupakan yang tertinggi dibanding  produksen pupuk lainnya.
Tak hanya laba dan aset saja yang berhasil diraih dengan sempurna, perusahaan pupuk yang didirikan pada 10 Juli 1972 lalu ini juga memperoleh pengakuan dengan sejumlah penghargaan. Diantaranya, penghargaan Proper Peringkat Biru dari Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) karena tingkat penataan perusahaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dibidang lingkungan hidup.
Kemudian penghargaan Nihil Kecelakan atau Zero Accident Award 2013 dari Bupati Gresik, Gubernur Jawa Timur dan Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Lalu, penghargaan SNI Award, dari Badan Standarisasi Nasional, sebagai nominee untuk kategori perusahaan besar sektor kimia dan serba aneka, penghargaan Responsible Care Award, sebagai perusahaan yang menerapkan sistem manajemen lingkungan dan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja). PKG merupakan salah satu pioneer dalam penerapan responsible care dan memperoleh kategori Gold.
“Deretan prestasi dan kinerja positif ini mendapat apresiasi dari pemegang saham. PKG diminta terus meningkatkan produktivitas dan daya saing, khususnya dalam hal mendukung ketahanan pangan nasional. Terlebih iklim persaingan yang semakin ketat di sektor agroindustri, serta penerapan skema pasar bebas ASEAN Economic Community (AEC) 2015,” tutur Hidayat Nyakman.
Sekretaris Perusahaan PKG, Wahyudi, menambahkan, seiring semakin ketatnya persaingan ini, PKG pun beroperasi secara efektif dan efisien. Sejumlah proyek pengembangan dibangun seperti Revamping Asam Fosfat dan proyek PT Petro Jordan Abadi (PJA), sebagai subtitusi impor asam fosfat untuk bahan baku, sehingga akan mengurangi ketergantungan impor dan menghemat devisa negara.
Lalu proyek pembangunan Amoniak-Urea II, untuk memenuhi kebutuhan pupuk urea nasional, sekaligus mengurangi ketergantungan impor amoniak (bahan baku pupuk urea), proyek Instalasi Penjernihan Air (IPA) Gunungsari untuk menjamin ketersediaan kebutuhan air perusahaan, serta perluasan pelabuhan dan pergudangan guna menunjang kegiatan operasional dermaga.
“Kegiatan bongkar muat sangat tinggi dan membutuhkan gudang yang luas untuk menampung bahan baku maupun produk jadi. Proyek pengembangan tersebut nantinya akan meningkatkan kapasitas produksi pupuk dan non-pupuk dari sekitar 6 juta ton/tahun menjadi 9,8 juta ton/tahun,” jelas Wahyudi.
Perkembangan ini juga didukung dengan peningkatan jaringan pemasaran dan promosi di seluruh negeri. Dengan demikian, kata Wahyudi, PKG akan lebih siap dalam menghadapi pasar bebas dan berkompetisi di tingkat regional bahkan internasional.
Menurut dia, di tengah pertumbuhan yang positif ini, PKG juga ingin ikut tumbuh dan berkembang bersama masyarakat sebagai bentuk pembangunan industri berkelanjutan. Sebagai tanggung jawab sosial perusahaan, telah dilaksanakan program CSR (Corporate Social Responsibility) melalui Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan yang wilayah penugasannya meliputi Jawa Timur, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Bali, dan Nusa Tenggara Barat.
Dalam Program Kemitraan 2013, lanjutnya, penyaluran pinjaman kepada mitra binaan sebesar Rp12,084 miliar, dan kegiatan pembinaan berupa pelatihan dan pameran atau promosi sebesar Rp1,899 miliar. Adapun jumlah mitra binaan pada 2013 sebanyak 134 unit usaha. Sedangkan untuk pelaksanaan Program Bina Lingkungan 2013 sebesar Rp7,731 miliar. [iib]

Tags: