Dorong Kesempatan Kuliah Anak Berkebutuhan Khusus

Stan SMA Muhamadiyah 10 Surabaya saat memamerkan karya siswa inklusi di sekolahnya dalam Pameran dan Talkshow tentang Pendidikan ABK di kampus Unesa LIdah Wetan.

Surabaya, Bhirawa
Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) selama ini telah difasilitasi untuk mendapatkan pendidikan sesuai dengan kemampuannya. Bahkan mereka juga dibekali ketrampilan untuk kemandirian mereka. Sayang, layanan pendidikan ABK kebanyakan masih sebatas sekolah menengah. Padahal peluang melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi cukup besar.
Kepala Pusat Studi Layanan Disabilitas Universitas Negeri Surabaya (PSLD Unesa), Budiyanto mengungkapkan di United Kingdom 1000 ABK terfasilitasi untuk mendapatkan pendidikan tinggi. Hal ini tak terlihat di Indonesia, sebabtidak semua ABK bisa terfasilitasi dengan baik.
“Di luar negeri setiap ABK bahkan yang menyangkut emosi anak difasilitasi, disini tidak. Yang difasilitasi yang sudah jelas ABK seperti tuna rungu, tuna netra, tuna grahita dan lainnya” ungkapnya di sela Pameran dan Talkshow tentang Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus, Sekolah Luar Biasa, Sekolah Inklusi, dan Disabilitas bertajuk ” Developing Friendly Campus for All” di kampus Unesa Lidah Wetan, Rabu (25/4).
Untuk itu, PSLD Unesa mengajak SMA inklusi, SMK inklusi maupun SMA Luar biasa untuk bisa mengubah asumsi masyarakat terhadap ABK. Bahwa pembelajaran ABK tak sekedar tentang ketrampilan, tetapi juga bagaimana menyiapkan ABK agar bisa masuk ke perguruan tinggi. “Selama ini pandangannya, seolah-olah perguruan tinggi itu sesuatu yang terlalu tinggi bagi ABK,”urainya.
Padahal saat ini perguruan tinggi sudah terbuka untuk ABK. Seperti di Unesa yang setiap jurusan sudah harus mendapat mata kuliah pendidikan inklusi. Erika Yuniawardah, guru pembimbing khusus SMA Muhammadiyah 10 Surabaya mengungkapkan sekolahnya juga menerima ABK. Dinaungi lembaga Sekolah Peduli Anak Hebat, sekolah dibantu membina beragam ABK yang ada dis ekolah.
“Kami menerima semua ketunaan, saat ini ada slow learner, celebral parsi, tuna grahita, sampai autis. Mulai kelas X sampai kelas XII,”lanjutnya.
Dikatakannya, sekolahnya sudah mulai menerapkan pengembangan potensi sesuai keberbakatan. Dalam artian siswa diarahkan sesuai minatnya untuk bisa memmilih jurusan di perguruan tinggi. “Jadi bukan hanya dilatih untuk entrepreuner saja,” lanjutnya. [tam]

Tags: