Dorong Kurangi Impor Pupuk

Seiring dengan krisis global dan faktor perubahan iklim, harga pupuk pertanian terus mengalami peningkatan yang signifikan. Sehingga, tidak heran jika naiknya harga pupuk yang sebagian bahan bakunya dari impor, justru meningkatkan biaya produksi petani yang dapat menggerus pendapatan petani. Terlebih naiknya harga pupuk hampir dua kali lipat dari harga sebelumnya. Kondisi tersebut, tentu sangat memberatkan petani. Sebab, biaya produksi semakin meningkat, sementara hasil panen harganya relatif tetap, sehingga pendapatan petani berpotensi berkurang. Sontak saja jika kenaikan harga pupuk menyita perhatian petani, dan pemerintah.

Berdasarkan data World Bank-Commodity Market Review per 4 Januari 2023, Pupuk Urea dan diamonium fosfat (DAP) mengalami kenaikan signifikan. Sepanjang Januari hingga Desember 2022 misalnya, harga diamonium fosfat (DAP) di pasar internasional mengalami kenaikan sebesar 76,95%. Saat awal tahun lalu, harga pupuk itu mencapai US$421 per ton, pencatat itu berakhir diposisi US$745 per ton pada Desember 2022. Di sisi lain, Pupuk Urea mengalami peningkatan harga mencapai 235,85% sepanjang tahun lalu. Pupuk Urea sempat berada di harga US$265 per ton belakangan naik menjadi US$890 per ton pada Desember 2022, (Republika, 24/3/2023).

Itu artinya, selama harga pupuk di tingkat internasional masih tinggi, maka harga pupuk non subsidi di dalam negeri juga mengikuti. Hal ini disebabkan harga pupuk non subsidi sepenuhnya mengikuti mekanisme pasar. Realitas tersebut, tentu tidak boleh dibiarkan. Perlu upaya tindakan nyata dari pemerintah, terlebih kebijakan perdagangan di sejumlah negara produsen utama pupuk turut menyebabkan berkurangnya pasokan pupuk global. Misalkan, China mengumumkan kebijakan pembatasan ekspor pupuk sejak Juni 2022 yang bertujuan untuk mengamankan ketersediaan pupuk domestik mereka.

Berangkat dari kenyataan itulah, maka para petani domestik meski digerakan untuk kembali ke alam, pasalnya pertanian organik merupakan solusi untuk membangun ketahanan pangan, melindungi alam, dan meningkatkan kesejahteraan petani. Membangun kekuatan pertanian nasional tidak hanya membangun ketahanan pangan, tapi bangsa ini harus mandiri pangan dengan memanfaatkan semaksimal mungkin potensi lokal, dan menghindari impor termasuk impor pupuk.

Gumoyo Mumpuni Ningsih
Dosen Agribisnis Universitas Muhammadiyah Malang

Rate this article!
Tags: