Dorong Mahasiswa Dalami Bahasa Internasional

Yoshiharu Kato

Yoshiharu Kato

Konjen Jepang Bicara MEA
Surabaya, Bhirawa
Persaingan antarnegara pada Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dipastikan akan berlangsung ketat. Sehingga dibutuhkan modal yang cukup  untuk menghadapinya. Salah satu yang utama ialah penguasaan berbahasa internasional.
Konsul Jenderal Jepang di Surabaya Yoshiharu Kato mengungkapkan,  faktor penguasaan bahasa menjadi aset yang paling berharga dalam menghadapi MEA 2015. “Faktor bahasa sangat penting, terutama Bahasa Inggris. Jika sudah dikuasai, ini akan menjadi sebuah keuntugan bagi mahasiswa,” ujarnya saat memberikan kuliah umum bertajuk “Tantangan Mahasiswa di Era AFTA dalam Bingkai Hubungan Indonesia-Jepang” di Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya, Kamis (2/7).
Selain itu, semakin dekatnya masa MEA, mahasiswa juga disarankan mempersiapkan diri untuk mengikuti perubahan global yang tidak lama lagi resmi diberlakukan. Bahkan, Konsul Jenderal Jepang yang baru bertugas dua bulan di Surabaya tersebut tidak melihat adanya kendala yang dialami para mahasiswa. “Asalkan belajar baik-baik dan sungguh-sungguh maka tak akan ada kendala. Selama ini saya melihatnya seperti itu,” ucapnya.
Di sisi lain, terkait hubungan bilateral Indonesia dengan Jepang, Yoshiharu Kato mengatakan, saat ini jumlah warga negara Indonesia yang berada di Jepang mencapai 28.649 jiwa dengan berbagai macam pekerjaan. “Ada yang bekerja sebagai peneliti, pegawai perusahaan, pekerja/magang di perusahaan, pabrik, calon juru rawat maupun mahasiswa. Sebagian besar sekarang sedang magang, kemudian pulang ke Indonesia, tapi ada juga yang bekerja di sana,” katanya.
Sedangkan, jumlah warga Negara Jepang di Indonesia yang  tercatat dalam data pada Oktober 2013 terdapat 16.296 jiwa,  743 jiwa di antaranya menetap di Jawa Timur. Menurut dia, hubungan antara Indonesia dan Jepang saat ini meliputi berbagai faktor, antara lain bantuan ekonomi, beasiswa, investasi, sumber daya alam (SDA), isu lingkungan, penanggulangan bencana hingga permasalahan Timur Tengah.
“SDA yang diekspor Indonesia ke Jepang antara lain minyak, LNG, mesin elektronik, tembaga, udang, karet dan lainnya. Sebaliknya, yang dikirim dari Jepang ke Indonesia seperti mesin (umum), produk elektronik dan produk transportasi,” terangnya. Pihaknya berharap hubungan bilateral yang sudah terjalin sejak 1958 tersebut menjadi hubungan strategis yang saling menguntungkan, seperti melalui sektor tenaga kerja sehingga dapat menghasilkan transfer teknologi.
Sementara itu, Rektor Untag Surabaya Prof Ida Aju Brahmasari menyarankan mahasiswa Indonesia yang akan menghadapi era MEA harus fokus belajar jika ingin memiliki daya saing di dalam maupun di luar negeri. Ia juga mengaku sepakat dengan pentingnya bahasa asing sebagai faktor penentu keberhasilan di masa perdagangan pasar bebas, sebab dengan mengusai bahasa maka segala apa yang ingin disampaikan ke pasar bisa lebih mudah.
“Tapi saya berpesan, terutama kepada mereka yang memilih bekerja di luar negeri, untuk tidak melupakan karakter bangsa Indonesia. Pertahankan dan tunjukkan jati diri negara kita dan harumkan nama Indonesia di mata internasional,” pungkasnya. [tam]

Tags: