Dorong Penguatan UMKM Agar Siap Hadapi Resesi 2023

Ancaman resesi ekonomi yang dapat melanda berbagai negara, tidak boleh dipandang sebelah mata. Terlebih tentang perekonomian dunia pada tahun 2023 diprediksi akan menjadi tahun gelap akibat krisis ekonomi, pangan, hingga energi akibat pandemi Covid-19 dan perang antara Rusia-Ukraina. Logis adanya, jika pemerintah melalui Menteri Keuangan negara perlu mewaspadai kenaikan suku bunga yang berpotensi menimbulkan gejolak pasar keuangan dan berpotensi menimbulkan resesi global.
Sontak, ancaman resesi ekonomi 2023 itupun kini menjadi sorotan publik. Resesi ekonomi adalah kondisi ketika produk domestik bruto (GDP) menurun atau ketika pertumbuhan ekonomi riil bernilai negatif selama dua kuartal atau lebih dalam satu tahun. Logis, jika pemerintahpun perlu menekankan pentingnya mengimplementasikan konsep entrepreneurial marketing agar para pengusaha maupun pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) mampu menangkap peluang pemasaran yang baru.
Melalui upaya tersebut, setidaknya bisa menempatkan peranan usaha menengah di masa depan memiliki kemampuan berinovasi dan memanajemen di dalam proses industrialisasi. Selain itu, usaha menengah bisa sebagai motor penggerak bagi pertumbuhan dunia usaha melalui produktivitasnya, sebagai gerbong penarik usaha kecil untuk berkembang serta sebagai media transfer teknologi dan business knowledge bagi usaha kecil dalam persaingan bebas.
Menurut data Kementerian Koperasi, Usaha Kecil, dan Menengah (KUKM) tahun 2018, jumlah pelaku UMKM sebanyak 64,2 juta atau 99,99% dari jumlah pelaku usaha di Indonesia. UMKM tersebut didominasi oleh pelaku usaha mikro yang berjumlah 98,68% dengan daya serap tenaga kerja sekitar 89%. Sementara itu sumbangan usaha mikro terhadap PDB hanya sekitar 37,8%. Dari data tersebut, Indonesia mempunyai potensi basis ekonomi nasional yang kuat karena jumlah UMKM terutama usaha mikro yang sangat banyak dan daya serap tenaga kerja sangat besar. Dengan demikian UMKM bisa berpotensi menjadi penyelamat jika kehadirannya dapat dimaksimalkan. Sehingga, naik turunnya nilai dolar di dunia tidak akan berpengaruh besar terhadap pergerakan UMKM. Hal inilah yang menjadi alasan utama UMKM menjadi solusi dalam berbagai keadaan ekonomi.

Novi Puji Lestari
Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Malang.

Tags: