Dorong Sekolah Realisasikan Pembelajaran Aktif

Peserta saat berdiskusi dalam pelatihan pembelajaran aktif.

Peserta saat berdiskusi dalam pelatihan pembelajaran aktif.

Surabaya, Bhirawa
Peningkatan kualitas pembelajaran, ternyata tidak tergantung pada bentuk kurikulumnya. Penerapan pembelajaran aktif dan kegiatan bisa menjadi kunci peningkatan kualitas pendidikan. Namun, hal itu tergantung dari kepiawaian guru merancang dan mempersiapkan siswa belajar , terutama dengan menggunakan berbagai sumber belajar dan guru berfunsi sebagai fasilitator.
“Dengan menerapkan pembelajaran aktif, maka kualitas mengajar menjadi lebih baik sehingga kualitas siswa juga berimbas menjadi lebih baik,” ungkap Koordinator USAID Prioritas Jawa Timur, Silvana Erlina saat pelatihan modul I dengan materi Bagaimana Melakukan Pembelajaran Aktif di Kelas, di Shangri-La  Hotel Surabaya, Rabu (11/3) kemarin.
Meskipun seribu kali kurikulum diganti,  lanjut Silvana, apabila cara guru mengajar tidak berubah maka jangan harap terjadi perubahan pada kualitas dan hasil belajar siswa. Selain itu guru harus aktif mempersiapkan siswa belajar dan mefasilitasi proses belajar, sedangkan kunci peningkatan kualitas pendidikan itu sendiri adalah mengembangkan nalar siswa dengan segala potensi yang dimiliki, aktif mental dan fisik.
Sementara kegiatan pelatihan yang menerapkan pembelajaran aktif ini, para peserta pelatihan juga dilatih menerapkan manajemen sekolah yang transparan, akuntabel dan partisipatif melalui materi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).
“Fokus dari pelatihan manajemen ini sendiri adalah bagaimana manajemen sekolah dapat mengembangkan sistem pendukung yang dapat mendorong terlaksananya pembelajaran aktif melalui sinergi antara kepala sekolah, guru, komite sekolah dan juga pengawas sekolah,” ujarnya.
Untuk itu ia berharap dengan mendapatkan pelatihan tersebut peserta yang terdiri dari unsur kepala sekolah, guru dan pengawas mulai dapat melaksankan kegiatan perencanaan, pelaksanaan, monitoring serta evaluasi program dan kegiatan sekolah dengan melibatkan seluruh stakeholder sekolah yang terdiri dari guru, orangtua murid, komite sekolah hingga siswa.
Sedangkan materi yang diberikan dalam pelatihan tersebut adalah bagaimana melakukan pembelajaran aktif di kelas. Untuk SD/MI, kegiatan tersebut dinamakan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM), sedangkan untuk SMP/MTs dinamakan Contextual Teaching & Learning (CTL).
Menurut Whole Schole Development USAID Prioritas Jawa Timur, Dyah Haryati Puspitasari, PAKEM dan CTL menempatkan guru sebagai fasilitator yang mendorong siswa untuk inovatif dan kreatif dengan menggunakan sumber belajar yang variatif.
“Sumber belajar yang variatif itu tidak harus mahal, tapi anak bisa kreatif dan punya banyak gagasan,” ujarnya. [riq]

Tags: