Dorong Transformasi Pertanian

Oleh :
Gumoyo Mumpuni Ningsih
Dosen Agribisnis Univ. Muhammadiyah Malang.

Di tengah problematika mahalnya harga pangan yang belakangan ini santer menguras perhatian publik dan pemerintah, justru kini publik tengah disuguhkan oleh isu ancaman pangan global. Memang jika kita publik secara jeli dan cermat memperhatikan atas naiknya harga-harga pangan yang secara signifikan yang terjadi saat ini merupakan gejala dari krisis pangan yang mulai terjadi.
Oleh karena itu, kini saatnya negara kita Indonesia harus bisa memenuhi kebutuhan pangannya secara mandiri dan tidak tergantung dengan komoditas pangan impor. Persoalanya, adalah bagaimana teknisnya. Nah, melalui rubrik opini di harian inilah penulis mencoba berbagi gagasan terkait teknis pertanian agar negeri ini tidak terjebak pada ancaman krisis pangan global yang memang harus terantisipasi melalui berbagai solusi pertanian.

Ancaman krisis pangan global
Belakangan ini, soal ancaman krisis pangan tengah menghantui dunia dan Indonesia. Bahkan ancaman kenaikan harga pangan akibat perang Rusia-Ukraina telah terasa berisiko dan berdampak bagi Indonesia dari adanya kenaikan harga yang secara teratur terjadi. Negara lain seperti Indonesia pun ikut terkena dampaknya, dimana harga beberapa komoditas seperti gandum menjadi mahal. Namun Indonesia juga turut serta menjadi penyebab krisis minyak goreng di negara lain karena penutupan kran ekspor minyak kelapa sawit (CPO) dan turunannya yang terjadi beberapa waktu lalu.
Dan, kini gentingnya persoalan krisis pangan pun tengah menyita perhatian banyak pihak. Oleh sebab itu, berbagai solusi alternative mewujudkan ketahanan pangan di negeri ini diperlukan agar bangsa dan negeri ini mampu menghadapi ancaman krisis pangan dunia, baik di masa sekarang maupun di masa mendatang. Terlebih, peringatan akan krisis pangan ini sudah disampaikan oleh Badan Pangan Dunia atau FAO dan juga Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Seperti yang terasakan saat ini, tersimak harga-harga pangan dunia semuanya naik. Oleh sebab itu, harus ada rencana besar, harus ada plan negara kita menghadapi ancaman krisis pangan.
Memang, ancaman krisis pangan menjadi momok yang cukup mengkhawatirkan bagi sejumlah negara. Bahkan, sejumlah lembaga dunia telah memberikan peringatan untuk menghadapi krisis pangan yang tidak dapat terelakkan. Dan, semua negara harus bersiap menghadapi krisis pangan. Maka dari itu, wajar jika pemerintah Indonesia menegaskan tidak akan tinggal diam dan membiarkan krisis pangan menggerogoti. Harus ada rencana besar, harus ada plan, negara kita dalam menghadapi ancaman krisis pangan.
Alhasil, sistem pangan saat ini perlu ditransformasi oleh pemerintah Indonesia agar mampu mencapai outcome ketahanan pangan, dan kesehatan lingkungan secara umum. Sistem pangan ke depan, harus lebih komprehensif dan berkelanjutan meliputi aktivitas produksi, pengolahan, distribusi, perdagangan, hingga konsumsi pangan.
Dan, sebagai hasil akhir dari sistem pangan tersebut ialah ketahanan pangan yang meliputi dimensi ketersediaan, akses, serta pemanfaatan pangan. Terlebih, sistem pangan juga membawa hasil outcome berupa, kesejahteraan sosial yang meliputi lapangan kerja, tingkat penghasilan, modal manusia, modal sosial, dan modal politik.

Solusi hindari krisis pangan
Menurut Badan Pangan Dunia (FAO), Indonesia adalah salah satu negara yang terdampak dari krisis pangan global, fakta itu bisa berpotensi terjadi dikarenakan jumlah penduduknya yang banyak. Oleh karena itu Indonesia harus bisa memenuhi kebutuhan pangannya secara mandiri dan tidak tergantung dengan komoditas pangan impor. Dan, kini saatnya Indonesia bisa berkomitmen melaksanakan sistem pangan berkelanjutan dan tangguh atau dikenal dengan istilah ‘Sustainable and Resilient Food Systems’ (SRFS).
SRFS merupakan suatu strategi transformasi untuk meningkatkan ketahanan pangan dan gizi, untuk dapat berkontribusi pada pola makan sehat dan seimbang. Oleh sebab itu, transformasi sistem pangan saat ini amat diperlukan untuk berkontribusi strategi antisipasi dan mitigasi menghadapi krisis pangan yang sebenarnya. Detailnya, berikut inilah beberapa langkah alternatif solusi hindari krisis pangan melalui transformasi pertanian.
Pertama, mengedepankan pengembangan sektor pangan yang perlu dilakukan bukan hanya untuk merespons kemungkinan terjadinya krisis pangan akibat pandemic dan pasca pendemi, tapi juga sejalan dengan melonjaknya populasi penduduk dunia yang berimplikasi pada meningkatnya kebutuhan pangan.
Kedua, perlu upaya peningkatan produktivitas pangan dan pertanian melalui penggunaan input kimia yang lebih rendah dan pemberdayaan petani kecil. Langkah peningkatan produktivitas, tidak hanya relevan untuk pangan pokok beras, jagung, minyak nabati, tapi juga hortikultura bernilai tinggi.
Ketiga, pengembangan bioteknologi modern dan bahkan produk rekayasa genetika (PRG) atau ‘genetically modified organism’ (GMO). Meskipun, sejatinya masih banyak pihak yang belum berani pengambil kebijakan yang siap mengadopsi dan mengembangkan produk rekayasa genetika untuk sistem pangan-pertanian karena sikap kekhawatiran yang berlebihan.
Keempat, perlu adanya perbaikan kesehatan tanah (soil health) untuk mendukung strategi sistem pangan tangguh dan berkelanjutan (SRFS). Misalnya, melalui pengembangan pertanian organik, kombinasi, serta keseimbangan penggunaan pupuk organik dan lainnya.
Berangkat dari keempat langkah alternatif solusi hindari krisis pangan melalui transformasi pertanian itulah jika direspon secara positif dan diindahkan melalui tindakan konkret maka besar kemungkinan bangsa dan negeri ini akan mampu menghindari ancaman krisis pangan global. Sebab, transformasi sistem pangan ini sejatinya amat diperlukan untuk berkontribusi strategi dalam mengantisipasi dan memitigasi menghadapi krisis pangan yang sebenarnya.

———- *** ———–

Rate this article!
Tags: