Dosen Stikom Dibekali Cegah Plagiat Skripsi

Seluruh dosen Institut Bisnis dan Informatika Stikom Surabaya mengikuti Training dan Workshop Deteksi Plagiasi Karya Ilmiah, Selasa (2/2) kemarin. [Syafruddin / Magang]

Seluruh dosen Institut Bisnis dan Informatika Stikom Surabaya mengikuti Training dan Workshop Deteksi Plagiasi Karya Ilmiah, Selasa (2/2) kemarin. [Syafruddin / Magang]

Surabaya, Bhirawa
Seluruh Dosen Institut Bisnis dan Informatika Stikom Surabaya telah dilatih dalam mencegah aksi plagiat. Mengingat, musim Tugas Akhir (TA) mahasiswa seluruh program studi (prodi) semakin dekat. Para dosen pun harus mengoreksi keorisinilan tugas akhir mahasiswa pada karya ilmiahnya agar terdeteksi.
Wakil Rektor 1 bidang akademik Institut Bisnis dan Informatika Stikom Surabaya, Pantjawati Sudarmaningtyas mengatakan, dengan pelatihan ini dosen bisa lebih memaksimalkan fungsinya selain sebagai pembimbing juga sebagai pengawas untuk filtering pada karya ilmiah mahasiswanya. Selain itu, meningkatkan kesadaran mahasiswa dan dosen peneliti untuk menghargai hasil karya orang lain dengan menyebutkan sumber yang jelas.
“Dengan begitu, nilai-nilai kejujuran intelektual dapat ditanamkan untuk membentuk generasi-generasi yang berkualitas dalam dunia pendidikan. Tidak hanya tugas akhir yang di cek, namun juga tugas-tugas yang dikerjakan mahasiswa,” katanya kepada Bhirawa saat Training dan Workshop Deteksi Plagiasi Karya Ilmiah, Selasa (2/2) kemarin.
Ia menjelaskan, sejak tahun 2012 akses untuk aplikasi plagiat hanya untuk dosen. software Turnitin ini mengkaji hasil unggahan teks untuk dilihat dari berbagai database tingkat kemiripannya. “Dari aplikasi ini diketahui kemiripan hasil mahasiswa dengan beragam sumber sampai berapa persen, kalau kurang 40 persen makan bisa maju sidang skripsi,” jelasnya.
Aturan ini sudah diberlakukan sejak 2012 melalui SK Ketua Stikom, yaitu fokus tugas akhir harus indeks kemiripan tidak boleh lebih dari 40 persen. Dan beberapa dosen juga diimbau untuk menerapkannya dalam tugas mata kuliah.
“Ada beberapa mahasiswa yang skripsinya sudah disususn tetapi setelah dikoreksi tnyata kemiripannya dengan berbagai sumber lebih dari 40 persen. Jadi mereka harus memperbaikinya,” tuturnya.
Perbaikan skriksi ini, menurutnya tentu berdampak pada masa penyelesaian skrips yang bertambah. Sehingga tahun ini aplikasi anti plagiat ini juga harus diterapkan pada mahasiswa. Sehingga mahasiswa bisa mengoreksi skripsinya setiap bab, apakah kemiripannya lebih dari 40 persen atau tidak.
“Sebenarnya mahasiswa sudah tahu aturannya, mungkin mereka tidak tahu persentasenya. Jadi harus menerima konsekuensi pertambahan masa studi, kalau sekarang setelah mereka ikut kelas mengoreksi karyanya bisa lebih cepat diperbaiki,” paparnya.
Tahun ini sebanyak 70 dosen diminta mengajarkan alikasi ini untuk digunakan mahasiswa bimbingannya. Namun, masih terbatas pada hasil karya dalam bentuk teks, sedangkan untuk jurusan yang memuat gambar didalamnya seperti DKV, Multimedia dan desain grafik terpaksa harus dikorksi secara manual. “Memang belum bisa memeriksa untuk gambar, masih sebatas teks,” terangnya.
Instruktur pelatihan, Sastriati menjelaskan aplikasi ini untuk mengoreksi riset mahasiswa dengan perbandingan berbagai data di Dunia. Setidaknya 120 negara telah memakai aplikasi ini. Sedangkan di Indonesia ada 40 perguruan tinggi dan 20 sekolah internasional. “Kalau di Surabaya ada 4 perguruan tinggi yang memakai aplikasi ini,” jelasya.
Iapun mengatakan, bagi dosen yang sudah tidak akrab dengan teknologi akan kesulitan untuk memakai apliksi ini. Sehingga dasar dalam penggunaan internet juga harus dipelajari dosen yang baru mengenal aplikasi ini. (geh)

Tags: