Dossy Prihatin Hilangnya Filosofi Bhineka Tunggal Ika

Anggota DPR RI, Dossy Iskandar saat melakukan sosialisasi pilar Kebangsaan MPR RI di Desa Jabon kec.Mojoanyar Mojokerto dengan dihadiri 150 konstituen, Senin (17/7)

Mojokerto, Bhirawa.
Hilangnya rasa ke bhineka Tunggal Ika-an di masyarakat, membuat Anggota Komisi III DPR RI, Dossy Iskandar merasa prihatin. Apalagi belakangan ini semboyan itu seperti hanya tinggal tulisan belaka. Beberapa oknum yang mengatasnamakan salah satu agama, suku atau ras menyebarkan paham primordialis yang sempit seakan kaumnya-lah yang paling baik diantara semua kaum yg ada.
Ditambahkan politisi asal Partai hanura ini jika kebhinekaan harusnya dipahami sebagai sebuah kekuatan pemersatu bangsa yang keberadaannya tidak bisa dipungkiri. ‘’Kebhinekaan juga harus dimaknai masyarakat melalui pemahaman multikulturalisme dengan berlandaskan kekuatan spiritualitas,’’tegas pria yang juga Wakil Ketua Banleg DPR RI saat melakukan sosialisasi pilar Kebangsaan MPR RI di Desa Jabon kec.Mojoanyar Mojokerto dengan dihadiri 150 konstituen, Senin (17/7) ini.
Kekuatan spiritualitas disini, tambahnya bahwa masyarakat melihat perbedaan itu sebagai sebuah keragaman yang mempersatukan, menerima perbedaan sebagai sebuah kekuatan bukan sebagai ancaman atau gangguan. ‘’Semua budaya, agama & suku yang ada tetap pada bentuknya masing2, yang mempersatukan adalah rasa nasionalisme kebanggaan sebagai bangsa Indonesia yang memiliki ratusan budaya, adat istiadat, kebiasaan,’’lanjutnya.
Pada dasarnya keberagaman masyarakat Indonesia, tambahnya menjadi modal dasar dalam pembangunan bangsa. Oleh karena itu, sangat diperlukan rasa persatuan dan kesatuan yang tertanam disetiap warga negara Indonesia. Namun, dalam kenyataanya masih ada konflik yang terjadi dengan mengatasnamakan suku, agama, ras atau antar golongan tertentu.
‘’Seharusnya keberagaman yang ada bisa menjadi modal yang sangat besar untuk menjadikan NKRI sebagai bangsa yang kuat. Tetapi, masih banyak permasalahan yang harus diselesaikan. Hal ini menunjukkan belum adanya kesadaran akan sikap komitmen persatuan dalam keberagaman di Indonesia,’’paparnya.
Untuk itu, sesuai prinsip pertama dari Bhinneka Tunggal Ika, maka perbedaan-perbedaan di dalam agama haruslah dicari common denominatornya, atau dengan kata lain kita haruslah mencari persamaan dalam perbedaan itu, sehingga semua rakyat yang hidup di Indonesia bisa hidup di dalam keanekaragaman dan kedamaian dengan adanya kesamaan di dalam perbedaan tersebut.
‘’Dampak positif perbedaan adalah memunculkan dorongan/ motivasi untuk mempelajari perbedaan tersebut dan mencari sisi-sisi universalnya guna memperoleh manfaat yang menunjang hidup/ cita-citanya sehingga tidak menolak perbedaan melainkan mengakui adanya potensi persamaan-persamaan yang bersifat universal,’’lanjutnya. [cty]

Tags: