DPC Hanura Sidoarjo Diambang ‘Kebangkrutan’

I Wayan Dendra

I Wayan Dendra

Sidoarjo, Bhirawa
Minimnya perolehan suara Hanura di Sidoarjo membuat Parpol ini amburadul. Hanura mulai ditinggalkan pengurusnya setelah gagal mempertahankan kursi legislatif DPRD Sidoarjo dan DPRD Jatim serta DPR RI.
Kegagalan ini merupakan tamparan berat sebab pada periode sebelumnya bisa merebut tiga kursi dan menempatkan kadernya sebagai ketua fraksi serta menduduki jabatan terhormat di alat kelengkapan dewan.
Ketua DPC Hanura, I Wayan Dendra, Jumat (2/5) lalu menegaskan, akan mengundurkan diri sebagai ketua dan tidak mau terlibat dalam kepengurusan apapun di Hanura. ”Saya sangat kecewa dengan teman (pengurus) saya,” ungkapnya.
Secara pribadi, Wayan tak mau mengkambinghitamkan Hanura sebagai penyebab anjloknya suara Hanura. Dia juga tak menyalahkan Hari Tanoe (Ketua Dewan Pembina) DPP Hanura, sebagai biang utamanya kegagalan Hanura di Jatim. Wayan tidak mau ikut-ikutan yang lain menyalahkan Hari Tanoe.
”Teman-teman harus mengkoreksi dirinya dulu kenapa sampai gagal, jangan menyalahkan orang lain atas kegagalannya sendiri. Itu tidak benar,” tambahnya. Di tengah remuknya Hanura, banyak kader yang saling menyalahkan, termasuk Wayan sendiri juga disalahkan oleh teman-temannya.
Wayan mengaku sudah banyak berbuat untuk memenangkan partai ini, tetapi dengan segala cara disalahkan. Bahkan saat musim kampanye, ada Caleg Hanura juga menyalahkan Wayan yang dianggap tak becus mengelola partai dan hanya mengurus dirinya sendiri.
Wayan adalah Caleg DPR RI, yang gagal menembus 10 tiket Dapil I Jatim ke Senayan. Bukan hanya dia, Caleg Hanura dari Sidoarjo, Didik, juga dikalahkan Gatot Sutantra dari Surabaya di DPRD Jatim. Tragisnya Hanura tak meraih satu kursipun DPRD Sidoarjo. Menurut perkiraannya, bila Caleg Hanura mau mengukur kemampuannya, setidaknya di Sidoarjo bisa mempertahankan tiga kursi atau setidak-tidaknya dua kursi.
Kekecewaan yang teramat berat membuat Wayan tak mau lagi mengurusi Hanura. ”Apa dikira enak mengurusi partai,” tanyanya. Bagaimana nanti solusinya bila dirinya sudah mundur, Wayan tak mau tahu. Terserah mau dijadikan apa partai ini, dirinya tak mau tahu. Selama lima tahun ini Wayan akan menekuni bisnisnya yakni jadi pemulung kertas. Namun demikian dalam Pemilu legislatif lima tahun lagi, ia tetap akan maju. Namun belum diketahui apakah mau melalui Hanura atau partai lain.
Anggota DPRD dari Hanura, Heru, mengaku bahwa mesin partainya dalam Pemilu 9 April ini tak berjalan maksimal. Dia sudah mencium tanda-tanda jauh hari sebelum pencoblosan, mesin partai ini diabaikan. tampak dari tak banyaknya bendera Hanura. Yang banyak hanya wajah Caleg Hanura. Kondisi ini membuat Heru apatis menghadapi Pemilu. Dia tak melakukan pendekatan ke masyarakat, bahkan pada saat reses pun, dia tak mengumbar janji-janji. Kegagalan mempertahankan kursi ini tak membuatnya sedih karena jauh hari sudah ancang-ancang kalah.
Perolehan suara Hanura di Jatim benar-benar minim, di seluruh Jatim, Hanura hanya mendapatkan dua kursi DPR RI, bahkan Ketua DPD Hanura Jatim, Kuswanto (petahana) juga gagal meraih kursi DPRD Jatim. [hds]

Tags: