DPKH Situbondo Kembangkan Sapi Wagyu dan Belgian Blue

Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Situbondo berencana mengembangkan sapi Belgian Blue yang memiliki daging sangat banyak.

Dikembangkan Mulai Tahun ini, Harga Tiap Kilogram Dagingnya Tembus Rp1 Juta
Kabupaten Situbondo, Bhirawa
Kabupaten Situbondo sejak dulu telah dikenal sebagai salah satu sentra penghasil ternak sapi di Jatim ataupun nasional. Agar komoditas produksi daging sapi di Kota Santri ini kian tumbuh pesat, kini mulai dikembangkan produksi sapi jenis Wagyu dan Belgian Blue. Seperti apa dua jenis sapi unggulan ini ?
Saat itu, Bhirawa sempat berkunjung ke Kantor Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Kabupaten Situbondo, di Jalan PB Sudirman, Lingkungan Karangasem Kelurahan Patokan, Kecamatan Kota Situbondo. Setelah menunggu beberapa jam lamanya, koran ini ditemui langsung Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Situbondo, drh MH Riwansia.
Di tengah obrolan santai, Udin-panggilan karib drh MH Riwansia, sempat membahas rencana Situbondo mengembangkan produksi dua jenis sapi unggulan asal luar negeri. “Namanya sapi Wagyu dan sapi Belgian Blue,” ujar mantan Sekretaris DPKH Kabupaten Situbondo itu.
Udin mengatakan, cukup panjang rencana pengembangan sapi Wagyu dan Belgian Blue di Situbondo. Dua sapi ini diketahui tiap kilogramnya laku dijual sebesar Rp1 juta. Udin lalu mengkalkulasi, jika satu ekor sapi berbobot 125 kg, berarti peternak sapi akan mendapatkan penghasilan Rp125 juta.
“Rencana ini akan dimulai tahun 2020 ini. Saya sangat optimis program ini akan berjalan sukses asalkan saja ada sinergitas diantara berbagai elemen yang ada. Mulai OPD, organisasi masyarakat juga saling bekerjasama (bersinergi),” ujar Udin.
Masih kata Udin, realisasi produksi dua jenis sapi dunia ini merupakan bagian langkah awal pihaknya dalam melakukan upaya perbaikan produksi dan produktifitas ternak di Kabupaten Situbondo. Kepastian ini, aku Udin, sudah mendapatkan kesanggupan dari pemerintah pusat dalam pola produksi dua bibit jenis sapi andalan bernama Wagyu dan Belgian Blue.
Lebih jauh Udin menandaskan, asal mula jenis sapi Wagyu ini berasal dari negeri Sakura Jepang. Karena sudah mendunia dan merupakan trackmark Jepang, maka hingga saat ini jenis sapi ini masih dikenal sebagai produksi dari Jepang. Khusus produksi sapi jenis Wagyu ini, aku Udin, pihaknya sudah diberi kesempatan mulai tahun 2020 ini berproduksi.
“Sementara untuk sapi jenis Belgian Blue, sering disebut orang mirip petinju Mike Tyson karena banyak dagingnya. Diharapkan dari program ini produktifitas daging di Situbondo akan tumbuh lebih baik. Termasuk kualitas dan kuantitasnya memiliki keunggulan,” ujar Udin.
Khusus soal target, sambung Udin, pihaknya akan terus mencanangkan berjalan selama 5 tahun pertama. Kesepakatan ini, lanjutnya, sudah dituangkan pemerintah dalam pertemuan bersama peternak sapi yang diadakan di Bogor Jawa Barat beberapa hari lalu.
Disana, jelas Udin, sudah direkap oleh pemerintah pusat dan ditawarkan hasilnya kepada seluruh peserta yang hadir dalam pertemuan tersebut. “Semua peserta yang hadir kala itu setuju semua untuk mendukung program unggulan ini,” kupas Udin.
Sementara itu, produksi sapi jenis Belgian Blue mulai 2020 mulai diedarkan secara nasional, karena bibitnya di dunia sudah mulai membooming. Ke depan, urai Udin, daging sapi dengan jenis ini akan memiliki pendapatan hasil yang sangat besar.
“Keinginan kami (Situbondo) untuk memulai produksi sudah disetujui oleh pemerintah pusat. Kesepakatan ini merupakan pekerjaan yang bagus karena Situbondo dapat memanfaatkan potensi yang di miliki pemerintah pusat untuk segera dikembangkan. Artinya Situbondo sudah dipercaya oleh pusat,” jelas Udin.
Potensi besar ini, terang Udin, harus terus dikejar meski sebelumnya Bupati Situbondo sempat melarang para Kadis untuk bepergian keluar kota. Tetapi dengan alasan yang bagus, aku Udin, ia menyampaikan kepada Bupati Dadang bahwa pertemuan produksi dua jenis sapi dunia di Bogor itu memiliki prospek besar untuk di kembangkan di Situbondo. “Akhirnya kala itu Bupati mengizinkan saya untuk datang dalam pertemuan di Bogor,” jelas Udin.
Agar program ini terus berkesinambungan, urai Udin, harus ada penataan diinternal personal DPKH Kabupaten Situbondo. Apalagi, akunya, saat ini DPKH Situbondo sudah mempersiapkan dananya dan hanya menunggu pembangunan sinergitas dengan berbagai organisasi kemasyarakatan (ormas) bersama OPD yang lain serta kalangan BUMDes se-Situbondo.
“Kita harus betul membangun sinergitas. Itu karena merupakan salah satu kunci sukses dari keberhasila program ini. Jangan sampai muncul ego sentris atau ego sektoral sehingga sulit untuk berjalan dengan baik. Artinya pembangunan produksi ini harus dijalankan dengan fokus dan bersinergi,” tandas Udin.
Dengan demikian, Udin menuturkan, pada satu titik kelak akan nampak dan DPKH Situbondo merasa yakin hanya dalam waktu 1,5 tahun hasilnya bakal kelihatan. Keyakinan ini, lanjut Udin, bisa dilihat mulai dari berjalannya produksi sapi awal tahun 2020 hingga sampai pertengahan tahun 2021 mendatang. “Nanti pasti akan kellihatan hasilnya. Ini merupakan optimisme dari kami. Tentunya kesuksesan itu akan tercapai manakala disertai dengan sinergitas,” pungkas Udin.
Salah satu peternak sapi di Kabupaten Situbondo, Abdul Hannan, mengaku sangat mendukung adanya program Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Situbondo yang akan memulai produksi sapi jenis Wagyu da sapi jenis Belgian Blue mulai tahun 2020 ini.
Bagi Abdul Hannan yang sudah lama terjun dalam ternak sapi, semua ide dan program DPKH itu sangat sesuai dengan keinginan dari para peternak sapi yang ada di Kabupaten Situbondo. “Tujuan dari program ini sangat mulia. Itu karena akan mendukung kecukupan stock daging bagi kebutuhan nasional. Makanya kami sangat mendukung penuh,” katanya. [Sawawi]

Tags: