DPKH Situbondo Nyatakan Sembilan Ekor Sapi Mati Bukan karena Virus

TEKS FOTO : Petugas Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Kabupaten Situbondo bersama tim Laboratorium Malang saat memeriksa sapi di Desa Bantal Kecamatan Asembagus. [sawawi/bhirawa)

(Hasil Uji Laboratorium Malang Pastikan)
Situbondo, Bhirawa
Kejadian matinya sembilan sapi milik warga di Desa Bantal Kecamatan Asembagus Kabupaten Situbondo sepekan yang lalu akhirnya terjawab, Senin (10/2). Ini setelah uji Laboratorium Malang melalui Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Kabupaten Situbondo, memastikan sembilan ekor ternak sapi yang mati mendadak itu bukan karena terkena penularan virus.
Mengacu kepada hasil uji laboratorium di Malang, sembilan ekor sapi tersebut mati karena dipicu dibagian perut sapi tersebut kembung atau dikenal dengan nama tympani. Menurut Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan, drh Mohamad Hasanudin Riwansia, pihaknya melakukan beberapa uji laboratorium Rose Bengal Test (RBT) namun hasilnya negatif.
“Selain itu, kami juga melakukan uji laboratorium pengujian antraks dan juga toksin. Semua hasilnya 100 persen juga sama-sama negatif. Itu disebutkan oleh hasil uji laboratorium Malang secara rinci,” ujar Udin, panggilan akrab MH Riwansia.
Udin menambahkan, sejak awal pihaknya sudah yakin, jika matinya sembilan ekor sapi itu bukan karena tertular virus. Namun DPKH Kabupaten Situbondo menempuh langkah tersebut, aku Udin, untuk memastikan penyebab penyakit yang menimpa sapi tersebut.
Udin juga meminta mulai saat ini para peternak agar lebih memperhatikan kualitas pakan ternak hewan miliknya. “Sebab keberadaan rumput muda itu sangat berbahaya karena menyebabkan perut ternak bisa kembung. Dalam rumput tersebut mengandung banyak air,” beber mantan Sekretaris DPKH Kabupaten Situbondo itu.
Masih kata Udin, khusus bagi peternak yang mengambil pakan rumput muda, diminta untuk tindak langsung diberikan kepada ternak hewan peliharaannya melainkan dianginkan terlebih dahulu untuk mengurangi kadar kandungan airnya.
Selain itu, sambung Udin, juga diperlukan adanya keseimbangan pakan seperti memberi bahan pakan dari jerami. “Itu yang saya harapkan kepada semua pemilik ternak hewan agar memberikan perhatian secara serius kepada ternaknya,” pungkas Udin.
Sebelumnya warga Desa Bantal, Kecamatan Asembagus, sempat dihebohkan dengan kejadian matinya sembilan ekor sapi. Disebutkan, sapi sapi itu sempat kejang sebelum akhirnya mati mendadak. Saat itu juga sejumlah warga setempat mengaku curiga jika sapi sapi itu terkena virus. Namun setelah dilakukan uji laboratorium di Malang, penyebabnya justeru karena ternak sapi mengalami perut kembung. Ditengarai sapi sapi itu karena makan rumput yang masih berusia muda.[awi]

Tags: