DPR RI Nilai Bimbel Cermin Kegagalan Pendidikan

Prof Dr Zainuddin Maliki M,Si anggota Komisi X DPR RI

Lamongan, Bhirawa
Anggota Komisi X DPR RI Prof Dr Zainuddin Maliki M,Si mengapresiasi keberanian Presiden Joko Widodo melakukan terobosan baru dalam dunia pendidikan nasional melalui Menterinya Nadiem Makarim yang berniat melakukan perubahan kurikulum.
Namun , Ia mengkritik soal masuknya Dua CEO bisnis bimbingan belajar (Bimbel) yang masuk lingkaran istana.”Menurut saya sebagai anggota DPR RI bimbel tersebut merupakan cermin kegagalan pendidikan di indonesia”Katanya kepada sejumlah wartawan di Universitas Muhammadiyah Lamongan , Rabu (27/11).
Dalam sudut pandang Zainuddin, langkah merekrut CEO Bimbel dalam posisi strategis di lingkaran istana di anggap bisa memunculkan bias karena dapat diartikan sebagai pengarus utamaan bimbel. “Bimbel justru isyarat dari kegagalan guru dalam melaksanakan pembelajaran di sekolah. Kalau guru bagus, tidak perlu Bimbel. Tetapi Bimbel marak, berarti kinerja guru dipertanyakan,” ungkap mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Surabaya itu.
Ia juga mengkhawatirkan jika Bimbel itu nanti dijadikan solusi, justru mampu mereduksi pendidikan jadi pengajaran saja.”Betapa tidak. dalam sebuah iklannya, Bimbel aplikasi online Ruangguru mengklaim dipercaya 15 juta pelajar dan 300 ribu guru. Oleh karena itu rekor sebanyak itu patut diapresiasi jika dilihat dari sisi bisnis. Tetapi dilihat dari sisi pendidikan masih harus dicermati,” ujarnya.
Lebih jauh ia memaparkan,Bimbel konvensional yang ada selama ini telah dikemas dengan sentuhan teknologi inovatif di era industry 4.0,tetap saja masih sebatas pada pengembangan kecerdasan intelektual.
Dia menegaskan, aplikasi inovatif itu tak menyentuh ranah pembentukan manusia sejatinya justru pembentukan manusia yang berkepribadian jujur serta bisa dipercaya sangat di kesampingkan. “Harusnya pendidikan kita lebih pada penanaman kejujuran yang saat ini semakin sulit kita temukan,” Tegas anggota DPR RI dari Dapil Gresik Lamongan Jatim ini.
Zainuddin menambahkan, Fukuyama dalam risetnya berkesimpulan bahwa yang membuat bangsa maju adalah social capital yaitu trust. Fukuyama tidak menyebut rangking, skor tes atau IPK tinggi sebagai syarat untuk menjadi bangsa yang maju,” tegas Zainuddin, yang juga Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jatim itu.
Oleh karena itu, lanjutnya, yang kita butuhkan pendidikan dan bukan mengarusutamakan bimbel yang menekankan pengajaran. “Kita butuh pendidikan yang bisa melahirkan manusia-manusia jujur dan bisa dipercaya,” Imbuhnya. [aha]

Tags: