DPRD Jatim Dukung Pendidikan Kebencanaan Masuk Kurikulum

Kondisi alam di Jatim berpotensi bencana alam seperti banjir, longsor, gunung meletus hingga tsunami. DPRD Jatim mendukung wacana pendidikan kebencanaan masuk kurikulum sekolah. [gegeh/bhirawa]

DPRD Jatim, Bhirawa
Beruntunnya bencana alam yang terjadi mulai Lombok, Palu, Donggala hingga yang terbaru di Banten dan Lampung Selatan membuat publik prihatin. Pasalnya bencana itu tidak hanya menimbulkan kerusakan fisik dan kerugian materi. Tetapi juga korban jiwa dan luka-luka yang tidak sedikit. Belum lagi trauma psikis yang harus ditanggung seumur hidup.
Berkaca dari kondisi tersebut, DPRD Jawa Timur berharap warga Jawa Timur harus lebih siap menghadapi kemungkinan datangnya bencana alam yang bisa datang setiap saat. Apalagi kondisi alam di Jatim berpotensi bencana alam seperti banjir, longsor, gunung meletus hingga tsunami.
Karena alasan itu, anggota Komisi E DPRD Jatim Moch Eksan berharap adanya pendidikan kebencanaan yang diajarkan kepada warga Jawa Timur. Bahkan dirinya mendukung pendidikan kebencanaan masuk dalam kurikulum pendidikan dan pengajaran di sekolah. Dengan demikian, setiap orang mampu menghadapi risiko bencana yang bisa datang setiap saat.
“Saya mendukung ide Presiden Jokowi yang memasukkan edukasi dan mitigasi bencana dalam kurikulum. Saya berharap pendidikan kebencanaan diajarkan di sekolah, mulai SD hingga SMA. Kalau perlu siswa TK juga sudah diajarkan,” tutur Eksan dikonfirmasi, Minggu (13/1).
Anggota Fraksi NasDem-Hanura ini mencontohkan, Jepang adalah negara yang paling sering dilanda bencana alam. Namun hampir setiap terjadi bencana minim korban dan kerusakan fisik. Hal itu karena sejak lama Jepang mengajarkan warganya tentang pendidikan kebencanaan. Sehingga mereka paham apa yang harus dilakukan saat dan panca bencana terjadi.
Langkah preventif itu dilakukan karena pemerintah Jepang menyadari kondisi alam mereka yang rawan gempa dan gunung meletus. Karena itu, bangunan di sana juga dirancang tahan terhadap gempa bumi maupun gempa vulkanik.
“Masyarakat Jepang bisa menjadi contoh bagaimana kesiapan mereka dalam menghadapi bencana alam. Mereka tidak panik lagi ketika bencana datang, karena sudah memiliki pengetahuan tentang kebencanaan. Saya kira itu patut kita contoh,” imbuh politisi asal Jember itu.
Eksan melanjutkan, nantinya pendidikan kebencanaan bisa melibatkan petugas dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), SAR maupun Tagana yang sudah terlatih dan terampil menghadapi situasi bencana. Tapi bisa juga melibatkan guru-guru di sekolah yang sudah mendapatkan pelatihan kebencanaan dari instruktur maupun lembaga yang memiliki kemampuan dalam menanggulangi bencana.
Menurut Eksan, aparat TNI-Polri juga bisa dilibatkan dalam mengajarkan pendidikan kebencanaan. Karena mereka punya keahlian dan alat yang lengkap. Tentunya ada pendampingan juga dari pihak sekolah maupun instansi terkait.
“Dengan kemampuan dan keterampilan siswa menghadapi bencana, mereka bisa menjadi satgas bencana di lingkungannya. Kemampuan itu bisa ditularkan pula ke warga di sekitar ia tinggal. Sehingga ke depan Jatim menjadi provinsi dengan kemampuan andal dalam menajemen bencana,” ujar Wakil Sekretaris PCNU Jember ini. [geh]

Tags: