DPRD Jatim Imbau Pertebal Pemantauan Virus Cacar Monyet

Agus Dono Wibawanto

DPRD Jatim, Bhirawa
Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jawa Timur diminta untuk tetap mewaspadai dan memantau secara berkala terkait virus cacar monyet atau monkeypox.
“Meski Jatim diindikasikan aman, Dinas Kesehatan Jatim tetap harus waspada dan memantau terus pergerakan virus tersebut. Hal ini menjadi tugas dan tangung jawab kita bersama untuk memberi rasa aman pada masyarakat,” kata Anggota Komisi E DPRD Jatim, Agus Dono Wibawanto kepada Bhirawa, Senin (20/5/2019).
Untuk itu, lanjut Agus Dono yang juga sebagai Ketua FPD DPRD Jatim ini Dinkes Jatim terus melakukan upaya-upaya seperti pemantauan dan deteksi dini di tiap wilayah di Jatim.
Menurutnya, wilayah yang dijadikan keluar masuk warga asing dinilai memiliki potensi membawa virus cacar monyet. “Untuk itu, pemantauan dan deteksi dini di tiap wilayah keluar masuk warga asing yang memiliki potensi membawa virus tersebut harus selalu di pantau dengan alat yang canggih. Terutama di pintu masuk keluar bandara internasional,” jelasnya.
Sementara, Dinkes Jatim telah membuat penjagaan berlapis di pintu masuk Bandara Internasional Juanda dan pelabuhan agar virus itu tidak menyebar di wilayah Jatim.
Kepala Dinkes Jatim, Dr dr Kohar Hari Santoso mengatakan, pihaknya melakukan upaya dengan pengamanan berlapis di pintu jaga luar negeri di Bandara Juanda dan pelabuhan.
Kohar menyebut, telah menyiapkan tiga alat thermal scanner atau pendeteksi suhu tubuh yang dipasang di Bandara Juanda. Sebab, transportasi Indonesia dan Singapura ini mudah.
“Teman-teman dari kantor kesehatan pelabuhan sudah bersiaga di sana dengan thermal scanner-nya. Orang-orang yang kondisinya panas, akan diperiksa lebih lanjut dan kemudian akan dikarantina di ruang isolasi di rumah sakit Dr Soetomo,” kata Kohar.
Sampai saat ini, lanjut dia, dari hasil pemantauan belum ditemukan ada warga Jatim dan warga negara asing yang berkunjung ke Jawa Timur terpapar virus cacar monyet tersebut. Namun, ia memastikan akan terus melakukan pemantauan agar virus itu tidak sampai menyebar.
“Alhamdulillah sampai sejauh ini, kami kok tidak mendapatkan kasusnya, belum ada. Sampai sejauh ini kami pantau terus, mudah-mudahan tidak ada,” ujar dia.
Selain memperketat pengawasan, Kohar mengaku akan memberikan sosialisasikepada masyarakat agar lebih berhati-hati dengan virus cacar monyet tersebut.
Mengenal virus cacar monyet
Menurut Kohar, virus cacar monyet berasal dari Afrika. Penularan virus itu, kata dia, bisa melalui tiga jalur yang masuk ke tubuh seseorang.
Pertama, melalui cairan darah dari binatang, di mana biasanya terdapat pada monyet, tikus, kemudian pada luka di kulit tubuh. Ketika masuk ke tubuh seseorang akan tertular virus cacar monyet.
Kedua, penularan bisa masuk dari makanan, terutama dari daging, dari binatang-binatang liar yang memang terkontaminasi atau terpapar virus tersebut. “Jadi, ini memang penyakit yang tertular dari hewan,” ucap Kohar.
Ketiga, apabila memang ada penderita cacar monyet dan berinteraksi secara intens dengan orang lain, juga bisa tertular.
“Biasanya (cacar monyet) masuk ke tubuh seseorang perlu waktu sekitar satu minggu sampai tiga minggu atau lima sampai 21 hari untuk manifes,” ujar dia.
Ketika sesorang terpapar virus cacar monyet, imbuh Kohar, pada bagian kulit, wajah, dan bisa sekujur tubuh, akan ada pembesaran kelenjar getah bening.
“Makanya daya tahan tubuh itu penting. Karena sejauh ini belum ada imunisasinya, belum ada obatnya. Ada yang menyebutkan bahwa tingkat kematiannya bisa 10 persen. Sampai sebesar itu,” imbuh Kohar. (geh)