DPRD Jatim : Kalau Sayang Santri, Diliburkan Dulu

Wakil Ketua DPRD Provinsi Jawa Timur, Anwar Sadad

Masa Pandemi Covid-19
DPRD Jatim, Bhirawa
Kesiapan Pemprov Jatim dalam memberikan fasilitas bagi pondok pesantren yang akan msnyambut santri untuk kembali belajar dalam koridor new normal di tengah pandemi, direspon Wakil Ketua DPRD Jatim Anwar Sadad, Selasa (2/5).

“Kalau sayang kepada santri, diliburkan dulu, belajar di rumah. Lebih baik beri bantuan sosial buat guru madrasah dan ustad-ustad,” kata Sadad.

Politisi Partai Gerindra ini menegaskan bahwa Kementerian Agama, Ma’arif NU, Muhammadiyah dan ahli pendidikan sebaiknya segera menyiapkan konten tayangan pendidikan untuk santri. “Seperti bekerja sama dengan stasiun televisi lokal,” ungkapnya.

Menurut Sadad, adanya pandemi Covid-19 sebaiknya tahun ajaran baru di pesantren diundur satu sampai dua bulan kedepan. Dengan meniadakan libur Maulid Nabi dan libur Ramadan yang akan datang.

“Terlalu berisiko jika santri harus kembali ke pesantren dalam kondisi pandemi seperti saat ini. Dan tes kesehatan bebas covid-19 itu biayanya mahal, bisa ratusan ribu. Apa mau ditanggung oleh Pemkab?,” ujarnya.

“Apalagi sarana kesehatan di banyak pesantren tak cukup memadai,” tambahnya.

Sebagaimana diketahui, santri yang menjadi siswa di madrasah akan mengikuti kegiatan belajar mengajar per 2 Juni 2020 namun dengan belajar di rumah. Ini karena mereka adalah santri yang ada di sekolah atau madrasah.

Namun juga ada santri yang hanya mengaji dan tidak mengikuti program pendidikan formal dan siap untuk kembali ke pesantren untuk mengikuti pendalaman pembelajaran keagamaan. Karena tahun ajaran baru biasa dilakukan di bulan Syawal tahun Hijriah.

Bagi pondok pesantren yang siap untuk menerima santri kembali belajar, Pemprov Jatim siap memberikan mitigasi dan sinergi agar bisa menerapkan protokol kesehatan secara baik.

“Sesuai dengan maklumat PWNU tentang pembukaan pembelajaran santri di pesantren, bahwa hal tersebut menjadi kewenangan masing-masing pengasuh pondok pesantren. Namun sesungguhnya mereka santri pondok yang tidak ada pendidikan formal dan hanya program ngaji, mereka bisa langsung masuk ke pondok dengan memperhatikan protokol kesehatan ,” kata Khofifah Indar Parawansa Gubernur Jawa Timur, dalam siaran pers, Selasa (2/6) malam. [geh]

Tags: