DPRD Surabaya Tak Rekom Gunakan Bilik Sterilisasi

Anggota Komisi D DPRD Surabaya–dr Akmarawita Kadir

Surabaya, Bhirawa
Upaya Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya memerangi pandemi Covid-19 di Surabaya dengan melakukan pembuatan bilik sterilisasi oleh pemkot patut diapresiasi. Hal ini bertujuan untuk memutus mata rantai penularan covid-19 yang akan meluas di Surabaya.
Akan tetapi, menurut anggota Komisi D DPRD Surabaya–dr Akmarawita Kadir dirinya telah mencobanya sendiri di gedung DPRD Kota Surabaya yang juga tersedia bilik strelisasi perlu dilakukan pengkajian ulang dari sisi kesehatan bagi manusia. “Saya mendengar semua perkantoran, mal-mal di Surabaya akan diberikan bilik sterilisasi, dan pemkot Surabaya malah memesan banyak alat-alat tersebut,” ujar dr Akma.
Lanjut Sekretaris Komisi D DPRD kota Surabaya ini, gedung DPRD kota Surabaya sudah terpasang, dan kelihatan memang bagus. Akan tetapi perlu pengkajian supaya pemasangan bilik itu daat optimal. “Bahkan, kemarin waktu saya masuk di pintu depan DPRD, saya sudah mecoba sekali, memang kelihatan bagus ya, tapi setelah itu tenggorkan saya rasanya jadi tidak enak,” paparnya Senin (30/3).
Namun, adik kandung Adies Kadir ini menyayangkan tidak adanya pertimbangan kesehatan jika alat ini digunakan untuk manusia. Terhadap batas keamanan dan efek sampingnya, tiba-tiba sudah dibuat banyak, nggak tau siapa yang memberi masukan itu. “Sudah banyak literatur mengenai bahan desinfeksi tidak di rekomendasikan untuk digunakan atau disemprotkan ke manusia,” kata Sekretaris Fraksi Golkar DPRD Kota Surabaya ini.
Ini perlu ditinjau ulang, karena disinfeksi chamber (bilik sterilisasi) bahan cairannya untuk mensetrilkan benda-benda mati misalnya kursi, gagang pintu, tempat duduk, dinding rumah, kandang, dan lain-lain. Akan tetapi, tidak untuk disemprotkan langsung ke manusia. Karena zat-zat yang ada didalamnya dari penelitian-penelitian sebelumnya berbahaya untuk manusia.
Dikhawatirkan kata dr Akma, apabila zat campuran disinfektan pada bilik itu terhirup, ini bisa menyebabkan iritasi saluran napas, rasa tidak enak di tenggorkan sampai nyeri tenggorkan. Dan jika mengenai selaput mata, bisa menyebabkan iritiasi pada mata, jika mengenai luka bisa menyebabkan nyeri karena iritasi pada luka. “Bahkan, penggunaan jangka panjang bisa menyebabkan kangker, karena bahannya mempunyai sifat karsinogenik,” urainya.
Dia menambahkan, tetapi untuk penyemprotan disinfektan di perkampungan, pertokoan, perkantoran, sekolah itu nggak papa, karena yang disemprot adalah benda-benda mati, bukan manusia, jadi harus diperhatikan juga teknik penyemprotannya bahkan sampai takaran yang aman bagi lingkungan manusia.
“Saya lebih menyarankan, anggaran penggunaan bilik sterilisasi ini danannya bisa dialihkan ke pos yang lain. Bisa juga dipakai dengan cara lain untuk masuk perkantoran, misalnya mengganti baju, jadi sudah membawa baju dua (pcs) dari rumah. Kalau untuk cuci tangan dan sensor suhu itu bagus, nggak ada masalah,” tukas dr Akma.[dre]

Tags: