Dr Ng Tirto Adi MP MPd, Penulis Buku ‘A Good Leader Is A Good Reader’

Dr Ng Tirto Adi MP MPd memperlihatkan buku karangannya berjudul ‘A Good Leader Is A Good Reader’.

Pemimpin yang Baik Adalah Pembaca yang Baik

Kab Sidoarjo, Bhirawa
Pemimpin yang baik adalah pembaca yang baik. Mengapa?, ketika seorang pemimpin mempunyai wawasan yang luas, bisa sebagai bekal dalam mengambil keputusan. Juga bisa sebagai bekal dalam memberikan arahan kepada anak buah, kepada stafnya.
Sehingga arahan yang diberikan bisa sesuai dengan visi misi masing-masing instansi. “Maka, kalau sudah terkondisi seperti itu capaian tujuannya akan sangat jelas. Sementarauntuk mendapatkan wawasan yang luas harus menjadi pembaca yang baik,” itulah penuturun Dr Ng Tirto Adi MP MPd, Sekretaris Dinas Pendikan dan Kebudayaan (Dikbud) Kabupaten Sidoarjo, yang dituangkan dalam buku barunya berjudul ‘A Good Leader Is A Good Reader’.
Saat ditemui Bhirawa di kantornya, Rabu (24/1), Pak Tirto, sapaan akrabnya, mengatakan, kalau pengambilan judul buku ini merupakan salah satu dari 55 artikel yang terkumpul. Saya memiliki 250 artikel yang sudah pernah dimuat di koran dan majalah. Yang menarik dari buku ‘Jejak Pemikiran dan Inspirasi Penggerak Literasi’ ini adalah artikel-artikel ketika menjabat mulai tahu 2012. “Artinya, setelah saya menjadi penjabat pendidikan,” jelas warga asli Sidoarjo kelahiran 11 Mei 1966 ini.
Dengan ditulisnya buku ini, Tirto ingin menyampaikan kepada teman-temannya, jika menjadi pejabat bukan halangan untuk menulis. Ia berharap seorang pemimpin yang baik adalah pembaca yang baik pula. Ketika pemimpin itu memiliki wawasan yang luas dan dalam bisa sebagai bekal dalam pengambilan keputusan, sebagai bekal dalam memberikan arahan kepada anak buah serta kepada stafnya.
“Sehingga arahan-arahan yang disampaikan itu akan sesuai visi misi masing-masing institusi, maka pencapaian tujuannya akan sangat jelas,” tegas Peserta Terbaik Diklatpim III Angkatar197 Provinsi Jatim 2012.
Disamping itu, membuat buku ini juga termotivasi ingin memberikan contoh, tentu contoh utamanya adalah pada diri sendiri. Berikutnya sama keluarga, sama insan-insan pendidikan, sama masyarakat luas. Kenapa harus diberikan contoh ? Pertama, saya ingin menjawab keraguan bahwa salah satu kelemahan kita adalah banyak orang yang bisa memberikan contoh, tetapi belum semua orang untuk bisa dijadikan contoh.
Kedua, adanya kesadaran dan komintmen bahwa index of reading, tingkat literasi bangsa kita sangat rendah sekali, data dari UNESCO 2012 tingkat literasi di Indonesaia hanya 0,001. Artinya setiap 1000 penduduk hanya ada 1 orang yang benar-benar senang membaca. Kondisi ini dampaknya sangat luar biasa, rendahnya pembaca ini akan sangat berpengaruh terhadap karya tulis. “Oleh karena itu, kondisi ini harus menjadi perhatian kita semua,” tuturnya.
Maka dari itu, saya ingin menempatkan bahwa rendanya tingkat literasi atau index of reading ini harus dijadikan persoalan berasama, atau cammont problem. Kalau hal itu bisa kita posisikan dalam persoalan bersama, maka cara penanganannya juga tida bisa secara parsial, kita juga harus melakukan aksi bersama-sama pula. “Kalau di Sidoarjo kita namakan gerakan budaya literasi,” katanya.
Siapa yang digerakkan ? seluruh stake holder, mulai kepala sekolah, guru, murid, orangtua. Terus masyarakat dalam hal ini khususnya para pegiat-pegiat literasi. Semuanya kita rangkul. Harapannya, dengan gerakan budaya literasi itu, index of reading di Sidoarjo ini akan mengalami peningkatan yang sangat signifikan.
Oleh karena itu, langkah-langkah yang telah dilakukan Dikbud menurut saya juga sudah massif, strategis. Contoh tahun 2017 kemarin kami telah berhasil menerbitkan 4 buku, mulai dari karya anak-anak/murid, karya kepala sekolah, karya pengawas. Dari keempat buku tersebut yang tiga adalah fiksi dan yang satunya adalah non fiksi.
Jadi gerakan budaya literasi di Sidoarjo ini harus kita gerakkan secara sistematik agar arahnya jelas. Kita berharap agar Sidoarjo sebagai Kabupaten Literasi itu benar-benar tidak hanya dalam tataran konseptual, tidak hanya dalam tataran pembicaraan, tetapi aksi nyata. Karena itu tahun 2017 Bupati Sidoaro telah mendapatkan Anugerah Literasi Nasional yang disampaikan oleh Kemendikbud dan USAID, sebuah lembahga swasdaya masyarakta dari Amerika Serikat yang berhikmat untuk pendampingan pendidikan di Indonesia.
“Awalnya kita bangunkan kesadaran pencapaian rekor MURI pada 29 Januari 2016 itu. Setahun kemudian kita mendapatkan Anugerah Literasi Nasional,” pungkas Pemimpin Umum JIE (Jurnal Ilmiah Edukasi) Provinsi Jatim. [Achmad Suprayogi]

Tags: