Drainase Buruk Sebabkan Banjir Surabaya Barat

12644666_10206166909186666_9020228799578921451_nDPRD Surabaya ,Bhirawa
Musim hujan yang mulai lebat membuat sejumlah titik di Surabaya Barat terendam banjir, seperti terjadi di wilayah perkampungan, di kawasan Karangan, Wiyung. Diduga  penyebabnya karena letaknya wilayah perkampungan lebih rendah dari area perumahan sekitarnya serta tak terkoneksinya saluran air yang ada.
Kondisi ini disampaikan anggota komisi C Bidang Pembangunan Vinsensius Awey, Senin (8/2) mengungkapkan, bahwa lahan di kawasan Karangan Wiyung dahulunya sebagian besar adalah lahan pengairan atau  sawah. Namun seiring waktu, karena perkembangan kota kawasan tersebut berubah menjadi wilayah perumahan.
“Karena perubahan peruntukan, harusnya dipikirkan masalah saluran (air)nya,” ujarnya. Senin (8/2)
Politisi Partai Nasdem ini menambahkan, akibat wilayah perumahan berada di dataran yang lebih tinggi, kawasan pemukiman lama menjadi tenggelam. Untuk mengantisipasi banjir di perkampungan,  selain pengawasan, harus ada kajian drainase yang benar.
“Jangan pengembang buat saluran seenaknya, merubah eksisting yang tadinya lurus menjadi bengkok,” tutur  Awey.
Vinsesnsius  menegaskan, jika pengembang tak mengikuti kajian drainase, pemerintah kota semestinya merubah eksisting pemukiman yang padat penduduk tersebut.
“jika ada kajian yang baik, pemukiman lama tak menjadi korban (banjir),” tuturnya
Ia menegaskan, jika tak ada koneksi saluran air satu dengan lainnya, maka limpahan air hujan tak bisa terbuang  ke sungai, bahkan ke laut.
“Karena terjadia bottle neck, akhirya air meluber ke jalanan, pemukiman,” jelasnya.
Anggota Komisi C ini mengharapkan, dalam penuntasan masalah banjir, pemerintah kota melakukan mapping dan memperhatikan skala prioritas daerah mana yang didahulukan.
“Sepertinya sekarang ini penyelesaiannnya sporadis. Yang satu belum selesai, pindah ke lainnya,” katanya
Vinsensius  mengakui, berdasarkan tipologinya dataran di Kota Surabaya lebih rendah dari laut. Artinya, kawasan di kota pahlawan ini rentan terjadi banjir. Untuk itu, dalam menyelesaikannya selain membutuhkan mapping daerah langganan banjir, menelusuri penyebabnya, juga perlu memetakan penyelesaiannya seperti apa.
“Karena tiap daerah persoalannya bisa berbeda,” terangnya
Di daerah langganan banjir, optimalisasi mesin pompa harus dilakukan. Apabila kapasitasnya kurang, perlu penambahan daya.
Di sisi lain, banyaknya proyek pengerjaan saluran air yang belum tuntas juga menjadi penyebab banjir. Ia mencontohan , di wilayah Surabaya Barat dan Selatan, konversi saluran irigasi menjadi drainase yang mangkrak dari Banyu urip hingga kandangan dan Sememi mengakibatkan, air meluap ke jalan.
“Pengerjaan belum selesai, buntu, akhirnya akiur meluber,” katanya
Ia mengakui, banyak faktor penyebab terjadinya banjir. Endapan yang tingi pada saluran air, bisa jadi juga menjadi penghambat aliran air. Untuk itu, pihaknya meminta Dinas PU, Bina Marga adan Pematusan intensif melakukan pembersihan dan pengerukan saluran.
“Anggaran gak masalah, tapi memang pengerjaan proyek yang sering berda di semester ke dua yang menyebabkan prngerjaan proyek mangkrak,” ungkapnya
Pada Tahun 2015, total anggaran Dinas PU, Bina Marga dan Pematusan untuk menyelesaikan proyek fisik, salah satunya mengatasi masalah banjir sekitar Rp. 1,3 trilun. Dari jumlah anggran itu serapannnya mencapai hampir 80 persen. Sedangkan tahun 2016 ini, aloikasi  anggaran menurun menjadi Rp. 1,1 triliun. [gat]

Tags: