Drama di Balik “Perceraian” Apple dengan Google

Apple googleJudul Buku   : Apple Vs Google
Penyusun  : Fred Vogelstain
Penerbit  : Bentang
Cetakan  : I, Juni 2015
Tebal  : 372 halaman
ISBN    : 978-602-291-063-3
Peresensi         : Moh. Romadlon
Penyuka buku. Tinggal di Kebumen

Hubungan antara Apple dan Google merupakan salah satu kemitraan paling erat dalam dunia bisnis Amerika. Apple membuat alat-alat, Google membuat perangkat lunak. Keduanya pun bersama-sama merencanakan pernikahan langgeng nan sejahtera. Kemudian, layaknya yang bisa terjadi dalam pernikahan, hubungan mereka kandas. Rahasia-rahasia ditutup-tutupi. Janji dilanggar. Kemudian mereka berdua berperang.
Melalui buku ini, Fred Vogelstain, seorang editor majalah Wired, merekam ide-ide besar yang mendasari timbulnya perseteruan tersebut. Ia menyajikan detail cerita yang belum dilaporkan sebelumnya.
Keretakan antara Apple dan Google bermula dari kekecewaan Steve Jobs, CEO Apple atas sikap Google yang mendua dengan meluncurkan ponsel berbasis Android. Diketahui bahwa pada Juni 2005, secara diam-diam, Google mengakuisisi Android senilai $50 juta plus insentif. Sejak itu resmilah Android menjadi “istri simpanan” istimewa bagi Google. Dilimpahi perhatian dan hadian, tetapi masih tersembunyi. Memang smartphone berbasis Android merupakan proyek paling rahasia dan ambisius milik Google. Karena itu para pemimpin Google tak segan-segan mengeluarakan jutaan dolar untuk membeli lisensi yang mendukung lahirnya Android (hal.62)
Sementara itu, pada 2007, Apple meluncurkan iPhone, smartphone berfitur multisentuh pertama. Sebagai mitra, Apple juga memasukkan perangkat lunak Google, seperti mesin pencari Google, Google Map, dan YouTobe ke dalam piranti anyar tersebut. Jobs pun menjadikan perangkat lunak Google sebagai salah satu nilai jual iPhone. Dia mengatakan, iPhone adalah ‘internet saku pertama’ dan bahwa ‘internet dan Google tidak terpisah’ (hal.87)
Job sebetulnya telah lama “mencium” proyek Android tapi ia lebih percaya pada kemitraan Apple-Google, serta hubungan baik dengan petinggi Google. Ia tak pernah menganggap serius proyek itu. Ia juga tidak mau memercayai ketiga petinggi Google, Schmidt, Brin, atau Page menyimpan rencana jahat. Akan tetapi ketika “sang istri simpanan” Google akhirnya benar-benar diluncurkan, Steve Jobs merasa ditikam dari belakang. Terlebih, Android seperti menjiplak iPhone. Pada musim semi 2008, jelas rasa bersahabat antara kedua perusahaan itu takkan bertahan lama. Keretakan antara dua perusahaan itu kian mengemuka (hal.141).
Kesabaran Jobs betul-betul habis ketika generasi kedua Android duluncurkan. Stave betul-betul mengibarkan bendera perang ketika Android mulai memiliki fitur-fitur yang sudah dipatenkan oleh Apple fitur, seperti gesek, jepit perbesar, dan ketuk dua kali.
Atas tuduhan “pencurian” itu pihak Google tidak diam. Mereka menyanggah dengan keras. Tetapi Jobs bergeming dan mengintruksikan kepada mereka untuk menghapus fitur-fitur apa saja dari ponsel G1. Bahkan dalam sejumlah kasus, ia meminta mengeyahkannya. Atau mereka akan berhadapan dimuka hukum. Dan ini membuat tim Android sangat gusar. Kendati Google merasa benar, para petingginya rupanya menyakini jika Apple mengajukan pelanggaran hak cipta, Google akan kesulitan (hal.150-153)
Hal yang tidak terbantahkan kemudian adalah, setelah Jobs memaksa Google membuat konsesi pada musim panas 2008, Google diam-diam melepas semua atribut persahabatan dengan Apple dan mencurahkan seluruh energi untuk berkompetisi dengan perusahaan itu (hal.163). Jobs sendiri pun tidak bisa lagi menolelir kelancangan Google. Ia menuntut pembuat ponsel Android yang menyertakan fitur multisentuh, seperti Nexus One, HTC, Samsung, dan Motorola. Puncaknya, tahun 2010, Apple dan Google saling serang di segala medan: di pengadilan, di media, dan di pasar (hal.187)
Sementara, solusi Jobs selanjutnya untuk melawan strategi ‘Android di mana-mana’ Google sederhana saja dan nekad: dia memperkenalkan iPad. Wujudnya yang mirip iPhone besar semula adalah bahan kritikan. Namun terobosan sederhana seperti layar lebih lebar itulah yang justru membuat iPad begitu revolusioner (hal.220).
Sampai sekarang perseteruan Apple dan Google masih terus berlanjut. Namun, selepas meninggalnya Jobs dan digantikan oleh Tim Cook, seluler Google lebih mendominasi pasar internet seluler dunia dibanding seluler keluaran Apple. Di sisi lain, dengan caranya sendiri, Cook masih terlalu optimis dan berjanji akan terus menelurkan produk revolusioner selanjutnya (hal.320-325).
Apple vs Google merupakan salah satu pertarungan korporat terlama, terpanas, dan paling buka-bukaan pada dekade ini. Sebuah perseteruan yang menentukan siapa pengontrol gaya hidup generasi mendatang. Dan karenanya, taruhannya bukan hanya uang, melainkan eksistensi perusahaan itu sendiri.

                                                                                                        ——————- *** ——————-

Tags: