drg Arbani Mukti Wibowo: Kabupaten Malang Masuk Urutan Ketiga Kasus DBD

Salah satu upaya Dinkes Kab Malang mencegah penyebaran nyamuk Aedes Aegypti dengan melakukan fogging di lingkungan rumah warga.

Pemkab Malang, Bhirawa
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Malang melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Malang terus melakukan upaya dalam pencegahan penderita Demam Berdarah Dengue (DBD), yang disebabkan gigitan nyamuk Aedes Aegypti. Sebab, selama bulan Februari 2022 ini, jumlah penderita DBD kini sudah mencapai 66 orang. Sedangkan jumlah kasus DBD tersebut, Kabupaten Malang urutan ketiga di Jawa Timur (Jatim).

“Kabupaten Malang urutan ketiga kasus DBD setelah Kabupaten Nganjuk yang jumlah kasus sebanyak 72 orang, dan untuk urutan pertama dalam kasus DBD itu yakni Kabupaten Bojonegoro yang mencapai 112 orang. Dan agar jumlah kasus DBD tidak lebih meluas, maka Dinkes melakukan upaya pencegahan,” ujar Kepala Dinkes Kabupaten Malang drg Arbani Mukti Wibowo, Minggu (30/1), kepada wartawan.
.
Menurut dia, jumlah kasus DBD di awal bulan Januari 2022 terjadi peningkatan jika dibandingkan pada awal Januari 2021 lalu. Dan jumlah keseluruhan kasus DBD di Jatim untuk tahun ini mencapai 977 kasus, hal ini lebih tinggi jika dibandingkan pada tahun 2021 lalu yang mencapai 668 kasus.

Sehingga untuk mencegah meluasnya penderita DBD di Kabupaten Malang, kini pihaknya terus melakukan penanganan hingga ditingkat Rukun Tetangga (RT) dan Rukun Warga (RW) dengan melakukan sosialisasi, terutama dalam meningkatkan kebersihan dilingkungan rumah. “Kami terus melakukan berbagai upaya untuk mencegah laju pertambahan kasus DBD. Sedangkan untuk fogging itu bukan upaya utama kami, yang utama adalah dengan melakukan tracing lingkungan,” ucap Arbani,

Dijelaskan, tracing kita lakukan agar untuk mengetahui keberadaan jentik nyamuk Aedes Aegypti yang hidup di genangan air bersih. Sehingga masyarakat diharapkan dapat menerapkan pola hidup sehat, serta memastikan tidak ada tempat yang bisa menampung air, karena bisa memicu berkembang biaknya jentik nyamuk Aedes Aegyti. Sedangkan larva nyamuk DBD itu berkembang biak di air bersih, sehingga hal itu perlu memberikan kesadaran kepada masyarakat, dan paling tidak air bersih dikuras sesering mungkin.

Apalagi, lanjut Arbani, saat ini curah hujan cukup tinggi sejak Oktober 2021 sampai dengan Januari 2022, yang hal tersebut kita nilai dapat menyebabkan potensi untuk timbulnya tempat perindukan nyamuk juga menjadi tinggi. Sehingga dirinya menginmbau kepada masyarakat untuk berperan sebagai juru pemantau jentik atau jumantik. Karena kunci menangani DBD ini dengan menerapkan Menguras, Menutup dan Mengubur (3M) dengan baik. Seperti menguras bak mandi yang dapat sebagai tempat tumbuhnya jentik nyamuk, menutup lubang atau bak yang jarang dikuras yang dapat bisa tergenang air, dan mengubur atau mendaur ulang barang-barang bekas.

“Agar tidak terjadi peningkatan kasus DBD di Kabupaten Malang, maka masyarakat harus sering-sering melakukan kerja bakti dilingkungannya atau membersihkan tempat sarang nyamuk. Karena hal itu untuk mencegah berkembang biaknya nyamuk Aedes Aegypti,” pungkasnya.[cyn.ca]

Tags: