Dua Alumni UK Petra Juarai Kompetisi Tugas Akhir se-Indonesia

Alumni UK Petra yang meraih juara 1 kategori Technical Studies, Patricia Marissa.

Surabaya, Bhirawa
Dua alumni Universitas Kristen (UK) Petra program studi Arsitektur torehkan prestasi membanggakan. Pasalnya, mereka berhasil menjadi juara pada Kompetisi Tugas Akhir Mahasiswa Arsitektur Indonesia ke-17. Pada kompetisi ini, UK Petra berhasil memenangkan dua dari lima kategori lomba yang ada.
Untuk dapat mengikuti kompetisi ini, mahasiswa yang menjadi peserta haruslah memiliki nilai pada Tugas Akhirnya minimal AB atau diatas B serta harus mendapat surat rekomendasi dari prodi. Kompetisi yang berlangsung secara online tersebut diikuti oleh 80 peserta yang lolos seleksi administrasi dari 22 universitas di seluruh Indonesia. Mengangkat tema Arsitektur Tanpa Studio, kompetisi ini terdiri dari tiga tahapan. Yaitu seleksi administrasi, penjurian internal dan penjurian eksternal.
Salah satu alumni UK Petra yang meraih juara 1 kategori Technical Studies, Patricia Marissa. Dalam tugas akhirnya ia mengangkat konsep stadion berstandar internasional yang memiliki desain stadion yang unik dan fasilitas pendukung untuk menarik wisatawan serta dapat menampung kegiatan olah raga harian atau akhir pekan masyarakat setempat untuk menjaga keberlangsungan penggunaan stadion.
“Surabaya akan menjadi salah satu tuan rumah Piala Dunia U-20 pada tahun 2021. Akan tetapi apakah stadion (Surabaya Sports Center) yang ada sudah memenuhi standar Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA)? Karena itu saya mengangkat isu ini,” ujar alumni yang lulus dengan IPK 3,87.
Patricia merinci, masalah utamanya banyak kasus stadion yang dulunya sebagai tempat penyelenggaraan acara sepak bola besar terbengkalai setelah acara usai. Hal itu ia sayangkan karena masih bisa digunakan untuk perawatan.
“Ekspresi tampilan stadion ini terinspirasi dari Kota Pahlawan Surabaya, yang berupa senjata tradisional Surabaya (bambu runcing / bambu runcing) dan diartikan sebagai tiang-tiang runcing,” ujar dia, Minggu (11/10).
Patricia menambahkan beragam fasilitas antara lain retail & merchandise store, foodcourt, museum olahraga, hall of fans, bike tour, photo point, sport library, ruang permainan interaktif, hall yang dilengkapi dengan tempat duduk dan panel fun-fact, arena bermain, olahraga taman, dan pusat kebugaran.
“Sehingga masyarakat dapat secara aktif berpartisipasi dalam penggunaan stadion setiap hari dan mereka dapat meningkatkan kesadaran mereka akan pentingnya berolahraga,” kata Patricia.
Raihan prestasi juga ditorehkan Richard Cahya Nugraha yang meraih juara 1 untuk kategori Cultural and Artistic. Dalam kompetisi tersebut, Richard membuat karya bertajuk Contextual Sustainable Monastery and Retreat House.
Pria berkacamata ini merancang fasilitas biara dan rumah retreat di Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur . Fasilitas ini ditujukan untuk biarawan Ordo Fransiskan yang sedang menjalankan misi pelayanan pastoral di Gereja Paroki Maria Ratu Para Malaikat Kurubhoko. Uniknya karya heritage ini memasukkan berbagai unsur. Sebab Richard mencoba mempertimbangkan berbagai aspek mulai dari ekonomi, sosial, budaya, pariwisata, rohani, keberlanjutan alam dan masyarakat secara komprehensif.
“Melalui desain ini saya mengharapkan dapat menjadi support baru untuk kemajuan masyarakat setempat, Kabupaten, hingga provinsi,” ungkap Richard yang lulus dengan nilai IPK 3,74.
Ia berharap, desain rancangannya tersebut dapat menjadi ruang arsitektural yang keberlanjutan untuk mewadahi kegiatan pembangunan konsep berpikir dengan jalan membawa pengguna ruang pada sebuah pengalaman yang sama dalam esensi spiritualitas Fransiskan, yaitu kehidupan manusia yang berkelanjutan dalam kehadirannya berdampingan dan bersinergi dengan alam. [ina]

Tags: