Dua Hari, Kediri Tampilkan Potensi Seni Budaya di Taman Budaya Jatim

Foto Ilustrasi

Foto Ilustrasi

Pemprov Jatim, Bhirawa
Sebuah pergelaran fragmen Panji berjudul “Sang Maharaja Prabu Sri Aji Jayabaya” akan menjadi bagian utama Gelar Seni Budaya Daerah (GSBD) dari Kabupaten Kediri. di Taman Budaya Jawa Timur, Jum’at malam (11/11) . GSBD itu sendiri berlangsung dua hari, hingga Sabtu malam, dengan tema “Pesona Kediri Bumi Panji.”
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Provinsi Jawa Timur, DR H Jarianto, MSi mengatakan, bahwa GSBD ini merupakan ajang untuk potensi seni budaya dan pariwisata masing-masing daerah di Jawa Timur.
Sebagaimana fungsinya, Taman Budaya Jatim memang merupakan institusi yang memperkenalkan potensi tersebut ke hadapan khalayak umum, khususnya bagi pelaku pariwisata, seni dan budaya.
Bahkan, “dalam acara GSBD ini dapat dijadikan sarana silaturahmi sesama warga asal daerah yang sama, kali ini dari Kabupaten Kediri,” ujar Jarianto.
Pada hari yang sama (Jumat) sebelum pergelaran fragmen tersebut di atas acara GSBD ini akan diawali dengan Beksan Gambyongan biasa disajikan saat mengawali gelar tayuban yang peraganya adalah para waranggana.
Gambyongan pada Ritual Suro di Makam Ki Ageng Doko Kediri juga merupakan sajian khusus yang tidak boleh ditinggalkan dan harus menampilkan gending wajib, yaitu Ketawang Gunungsari atau Puspawarno, Ladang Eling-Eling dan Ladang Sekar Gadhung.
Disamping itu juga ada pertunjukan Tari Si Kleting dan sajian lagu daerah dengan tema Dewi Kilisuci dan Dewi Sekartaji. Dan selama dua hari dibarengi dengan pameran potensi seni budaya dan pariwisata serta bazaar kuliner khas Kediri.
Hari kedua, acara sudah diawali sejak Sabtu pagi (12/11) berupa Lomba Mewarnai untuk Keluarga, disusul pergelaran seni tradisional Jaranan pada siang harinya. Jaranan merupakan gambaran dari prajurit Bhayangkari yang setia dalam tugas untuk menjaga kewibawaan raja.
Malam harinya, acara dibuka dengan sajian tari Gendam Asmoro, dan dipungkasi dengan pertunjukan ludruk dengan lakon “Joko Kendil”. Dalam pertunjukan ini dikisahkan bahwa pada zaman dahulu kala terdapat seorang wanita dengan anak laki yang memiliki bentuk fisik yang aneh yaitu mirip sebuah periuk sehingga orang menyebutnya Joko Kendil.
“Seluruh pertunjukan ini terbuka untuk umum dan gratis, tanpa undangan,” tambah Ka UPT Taman Budaya Jatim, Sukatno SSn MM. [rac]

Tags: