Dua Jemaah Umroh Pasuruan Dinyatakan Bebas

Keluarga tunjukkan foto keluarganya yang akan pulang setelah dinyatakan bebas.

Bercanda Bom di Pesawat
Pasuruan, Bhirawa
Dua jamaah umroh asal Pasuruan, Triningsih Kamsir Warsih (50) warga Dusun Pilangsari, Desa Beji, Kecamatan Beji dan Umi Widayani Djaswadi (56) warga Jalan Bendosolo, Desa Pogar, Kecamatan Bangil, Kabupaten Pasuruan yang sempat tertahan penjara wanita di Jeddah akibat bercanda soal bom akhirnya bisa bernafas lega. Pasalnya, keduanya dinyatakan bebas atas perkaranya.
Anak kedua dari Umi Widayani yakni Berlina Margareta mengungkapkan dua jamaah umroh dinyatakan siap diterbangkan pulang ke Indonesia. Lantaran dinyatakan bebas dari perkara yang sempat membuatnya di tahan hampir satu bulan di Jeddah.
“Hari ini mama dan tante saya sudah dinyatakan bebas serta boleh segera exit,” ujar Berlina Margareta, Minggu (19/2) sore.
Menurut Berlina, mama dan tantenya saat ini kembali ke guest house dan berkemas. “Alhamdulillah, kemungkinan terbang pukul 00.00 waktu Arab Saudi. Saya juga sangat senang, sebab nunggu sejak sebulal yang lalu,” terang Berlina Margareta.
Berlina menambahkan kemungkinan mereka tiba di Indonesia besok (Hari ini, red). Meski demikian, ia belum bisa memastikan dengan datang tepat waktu.
Sekadar diketahui, dua orang tersebut diamankan di Jeddah sejak tanggal 11 Januari 2017 lalu. Mereka berangkat Umroh menggunakan tour travel Hijrah Tour yang kantornya berada di Sukorejo, Kabupaten Pasuruan dan menggunakan pesawat Royal Brunei Airlines.
Tri Ningsih dan Umi Widayani merupakan satu keluarga. Mereka berangkat bersama empat orang yakni Mohammad Andono (60) kakak pertama Umi Widayani, Umi Widayani, Tri Ningsih dan Lyan Widia.
Mereka menjalankan ibadah umroh selama sembilan hari bersama 59 jamaah lainnya. Tanggal 11 Januari 2017 sekitar pukul 18.30, rombongan dijadwalkan pulang ke Indonesia. Namun, sebelum berangkat Umi yang semula duduk bersama Andono mendadak tukar tempat karena ingin duduk bersama Tri.
Saat bersamaan, pramugari membantu Tri yang sedang menata tasnya di kabin. Karena terasa sangat berat, pramugari menanyakan isi tas Tri itu. Umi saat itu berada di sebelah Tri, menjawab dengan bahasa Indonesia “Kalau dari Arab iya membawa oleh-oleh, masa bawa bom”. Ternyata perkataan Umi itu hanya ingin bercanda dengan pramugari tersebut.
Hal sepele itulah justru jadi malapetaka. Pramugari melapor ke kokpit dan pilot Royal Brunei Airlines langsung menghubungi petugas kemanan dan otoritas bandara, hingga akhirnya penerbanangan pun di delay. Pilot minta ada screening ulang atau pemeriksaan ulang untuk memastikan keberadaan bom itu. [hil]

Tags: