Dua Kekuatan Besar Gelar Aksi 212 Lawan Penguasa di Jember

Dua tokoh sentral Penggerak aksi 212 KH. Ayyub Syaiful Ridjal (Gus Syef) Pengasuh Ponpes ASRI Talangsari Jember (Kanan) didampingi Habib Khotib Umar saat menyampaikan Surat Terbuka Pra Aksi 212, Jum’at (2/2/2018)

Jember, Bhirawa
Dua kekuatan besar, akan turun jalan melawan kesombongan penguasa di Jember dalam gerakan 212 (21 – 2 -2018). Dua kekuatan tersebut berasal dari masyarakat pendukung Bupati dan yang kontra dalam satu gerakan aksi damai.
Hal ini diungkapkan oleh Habib Khotib Umar salah satu tokoh gerakan 212. Menurut Habib asal Puger ini, aksi 212 mendatang banyak yang akan bergabung. “Saat ini sudah ada 105 tokoh agama dan ulama dari pondok pesantren dan musholla yang siap untuk ikut aksi 212,” jelasnya.
Jumlah tersebut terhitung dari wilayah Kecamatan Jombang sampai dengan Garahan. Sedangkan untuk wilayah lain hingga saat ini datanya masih belum dihitung kembali. ” Aksi ini bentuk kekecewaan dari banyaknya tokoh agama atas kepemimpinan Bupati. Sehingga mereka banyak termotifasi untuk ikut bergabung,” ujarnya
Namun Habib mengaku belum bisa memastikan berapa jumlah massa yang mengikuti aksi 212 mendatang karena jumlah massa aksi bisa bertambah hingga hari berlangsungnya aksi. ” Aksi 212 ini merupakan bentuk peringatan kepada Bupati yang tidak mau mendengarkan aspirasi dari rakyat dan arogan,” tegasnya.
Sementara tokoh sentral gerakan 212 KH. Ayyub Syaiful Ridjal Pengasuh Ponpes ASRI Talangsari Jember mengatakan, gerakan 212 ini merupakan gerakan murni masyarakat Jember, bukan kloning aksi 212 yang digelar di Jakarta beberapa waktu lalu.” Gerakan 212 ini tidak ada sangkut pautnya dengan agama, tapi gerakan aksi 212 ini, melawan kesombongan penguasa di Jember,” tegas Gus Saif saat menyampaikan surat terbuka menjelang gerakan 212.
Penegasan ini ditegaskan oleh Gus Syef, menepis issu bahwa aksi yang dilakukan merupakan kloning Jakarta dengan membungkus aksi dengan agama. “Ini tidak ada hubungannya dengan Jakarta. Murni aksi masyarakat Jember karena melihat berbagai persoalan yang terjadi di Jember,” tegasnya.
Menurut Gus Syef, banyak persoalan di Jember yang dirasa tidak sesuai dengan harapan masyarakat. Bukannya membuat Jember lebih maju melainkan membuat Jember semakin gaduh dengan kebijakan-kebijakannya. “Kami sebagai pendukung merasa malu,” ujar Gus Syef yang Ponpes dijadikan tempat louncing dan pemberangkatan pasangan Faida – Muqit saat akan mendaftar ke KPU Jember 2014 lalu.
Menurutnya, ada lima poin yang menjadi pertimbangan dalam aksi 212 ini. Pertama, selama dua tahun Pemkab Jember yang dipimpin Faida Muqit, dianggap Gus Saif, membuat demotivasi kepada seluruh pihak. “Termasuk rakyat dan juga semua level birokrasi di Pemkab Jember,” tegasnya.
Bukan hanya itu, pihaknya menganggap selama menjalankan pemerintahan, penguasa ini menggunakan model yang sentralistik dan otoriter. ” Sehingga hal ini memporak-porandakan sistem administrasi pemerintahan daerah yang sudah berjalan. Hal inilah yang menyebabkan pemerintahan pun tidak berjalan dengan maksimal,” terangnya pula.
Selain itu, pihaknya juga menganggap Bupati Jember mengabaikan keberadaan lembaga DPRD Jember. “Karena bupati menutup ruang komunikasi harmonis antar kedua lembaga. Sehingga rakyat dirugikan,” jelasnya.
Tingginya Sisa Lebih Penggunaan Anggaran (SILPA) yang besar di Pemkab Jember menunjukkan ketidakmampuan mengelola pemerintahan dan menggunakan anggaran rakyat secara optimal. “Ini berarti mengorbankan kepentingan masyarakat yang lebih luas,” pungkasnya.(efi)

Tags: