Dua Mahasiswa Untag Buat Mesin Pengaduk Adonan

Mahasiswa Program Studi Teknologi Manufaktur Fakultas Vokasi Untag 45 Surabaya, Rohmansyah Akhirun Ni’an dan Hendry Ronaldo, bersama inovasi alat pengaduk adonan kue di Untag Surabaya, Jawa Timur, Selasa (1/9). [oky abdul sholeh]

Surabaya, Bhirawa
Bermula dari pembuatan kue home industri yang dijumpai di rumahnya, dua mahasiswa Universitas 17 Agustus 1945 (Untag 45) Surabaya, membuat rancang bangun sistem transmisi mesin pengaduk adonan. Kedua mahasiswa ini Rohmansyah Akhirun Ni’an dan Hendry Ronaldo yang merupakan mahasiswa prodi Teknologi Manufaktur, Fakultas Vokasi.
“Dengan adanya alat ini saya ingin memudahkan proses produksi pada industry kue rumahan. Karena banyak industri kecil dan menengah bidang kuliner yang juga semakin meningkat,” kata dia.
Apalagi, kata Rohmansyah, masih banyak home industri kue yang menggunakan alat manual yang berdampak pada lamanya proses produksi. ”Jadi kami coba membuat alat serbaguna yang sekiranya dibutuhkan di masyarakat,” katanya.
Pada rancang bangun mesinnya, kedua mahasiswa ini menggunakan motor listrik sebesar seperempat HP (horsepower) dengan kecepatan 1400 RPM. Sedangkan tangki adonan dibuat paten agar tidak terjadi pergeseran antara wadah dan poros. Kapasitas mesin ini juga bisa sampai 5 kg.
“Karena ini redesain dan bukan inovasi baru, kami berharap mesin adonan ini mampu memaksimalkan produksi,” tandasnya.
Sementara itu, Pembimbing program studi D3 Teknologi Manufaktur, Mario Sariski Dwi Ellianto menambahkan, dibanding dengan mesin pengaduk adonan yang sudah ada dipasaran, harga alat yang dibuat mahasiswanya ini lebih terjangkau. Selain itu, alat ini juga mampu membantu pengusaha home industry kue yang membutuhkan kapasistas adonan cukup banyak.
“Ini (mesin adonan) memang sudah banyak dipasaran. Tapi yang diteliti dari redesain, dari segi kerangka mesin dengan menggunakan software,” ungkap dia.
Untuk kekurangannya, Mario menjelaskan, jika hal ini terkiat dengan safety mesin seperti pulley fan belt yang tidak terkover sehingga berbahaya jika digunakan. Wadah adonan yang tidak bisa dibongkar pasang juga jadi kekurangan. Kemudian tingkat sterilisasi, ini jadi kelemahan dan belum kami ujicoba,” jabarnya.
Ke depan, ketiga hal yang menjadi evaluasi pihaknya rencananya akan dilakukan perbaikan agar menjadi mesin pengaduk adonan yang higienis. [ina]

Tags: