Dua Perusahaan di Jatim Terancam Tutup

Setiajid SH

Pemprov Jatim, Bhirawa
Diduga imbas perekonomian saat ini yang kurang kondusif, dua perusahaan disebut-sebut akan segera menutup pabriknya. Dua pabrik itu adalah perusahaan tembakau villiger asal Swiss dan perusahaan alas kaki New Era.
Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Provinsi Jatim Setiajid SH membenarkan sinyalemen itu. Saat ini pihaknya tengah berupaya memediasi ke dua perusahaan tersebut untuk mengetahui alasan di balik rencana penutupan tersebut.
“Kami akan memanggil dan menemui jajaran pimpinan perusahaan tersebut. Harapan kami, mereka tetap bisa menjalankan usahanya di Jatim. Bagi seluruh perusahaan/industri lainnya jika ada permasalahan hendaknya bisa dikomunikasikan dengan Disnakertrans Jatim,” kata Setiajid, Senin (21/8).
Dikatakannya, perusahaan tembakau itu rencananya akan menutup pabriknya diwilayah Ngoro Mojokerto. Padahal perusahaan itu memiliki tenaga kerja berjumlah 500 orang lebih. Begitu pula dengan perusahaan alas kaki yang mempunyai jumlah tenaga kerja mencapai 76 ribu sampai 250 ribu orang. “Belum tahu apakah masalah internal atau eksternal mereka,” ujarnya.
Dia hanya memperkirakan permasalahan yang banyak dialami sektor perusahaan/industri adalah imbas pelemahan ekonomi yang berdampak pada penurunan daya beli. Konsekuensinya terjadi penurunan tajam produksi yang dihasilkan, baik itu tenaga kerja atau pun bahan baku.
Bahkan, adanya perda rokok juga ternyata berpengaruh pada penurunan produksi rokok yang ada di Jatim sehingga perusahaan tembakau/rokok juga tengah berjuang untuk bisa tetap berproduksi.
Belum lagi, bulan-bulan mendatang akan ada rencana kenaikan UMK  di Jatim. Seperti biasa, dari tahun ke tahun, UMK selalu mengalami kenaikan. Untuk perhitungan hasil UMK tahun mendatang juga menggunakan rumusan inflasi dan pertumbuhan ekonomi.
“Untuk itu, terkait dengan UMK nantinya, diharapkan bisa dikomunikasikan bersama-sama, dan jangan sampai sama-sama ngotot dan saling merugikan. Sayang jika banyak perusahaan tutup dan investor enggan menanamkan investasinya,” katanya. [rac]

Tags: