Dua Praktisi Kejiwaan Australia Kunjungi Dinkes Situbondo

Dua praktisi kejiwaan asal Australia saat mengunjungi Dinas Kesehatan Kab Situbondo, Jumat (22/9). [sawawi/bhirawa].

(Tertarik Sistem Pengelolaan Kejiwaan Puskesmas Mlandingan)
Situbondo, Bhirawa
Santernya kabar berbagai inovasi pelayanan yang digagas Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Situbondo, seperti sistem pelayanan kejiwaan ternyata diketahui para praktisi kesehatan yang ada di negeri Kanguru Australia.
Untuk membuktikan inovasi tersebut, dua orang warga asal Australia sempat mengunjungi Kantor Dinas Kesehatan Pemkab Situbondo, di Jalan PB Sudirman, Jumat (22/9) kemarin. Kunjungan kehormatan itu disambut langsung Kepala Dinkes Kabupaten Situbondo, Abu Bakar Abdi dan semua jajaran staf.
Dua praktisi kesehatan Australia itu adalah Mrs. Dianne dan Mr. David, merupakan praktisi masalah kejiwaan yang sudah lama aktif di Asutralia.  Di Negaranya Mrs. Dianne bekerja di Kantor Kesehatan, menangani masalah kejiwaan anak usia 15 tahun hingga 25 tahun. Sedangkan koleganya Mr. David, merupakan seorang dosen dan juga menangani soal pemulihan kejiwaan antara usia 20 hingga 60 tahun. “Kedua praktisi asal Australia ini berkunjung ke Situbondo, karena mengaku kagum melihat keberhasilan Dinas Kesehatan. Selain itu mereka juga tertarik cara membebaskan orang gila pasung  dan sukses memulihkan kejiwaannya,” ujar Rusdi Romli, penerjemah yang diundang, Dinkes Situbondo.
Studi banding WNA Australia ini, lanjut Rusdi Romli, merupakan tindak lanjut kerjasama Pemerintah Indonesia dan Pemerintan Australia dibidang pendidikan.  Sebelumnya, papar dia, salah seorang dokter Situbondo dr. Yuni Verosita, juga mendapatkan bea siswa belajar masalah ilmu kejiwaan di Australia 2016 silam.
“Ini merupakan lanjutan kerjasama antara kedua belah pihak. Yang jelas mereka berdua ingin tahu cara sistem pengelolaan kejiawaan di Situbondo,” ungkapnya.
Menurut Kepala Dinas Kesehatan Situbondo, Abu Bakar Abdi, selama 3 tahun terakhir ini pihaknya berhasil menemukan 44 orang gila. Dari jumlah tersebut, papar mantan Sekdis Kesehatan Situbondo itu, ditemukan hanya 2 orang tidak bisa dibebaskan. “Ini karena kami tidak mendapatkan ijin dari pihak keluarga. Sehingga sangat sulit untuk dilakukan pembebasan orang gila tersebut,” terang Abu Bakar Abdi.
Mantan Kasi Farmasi Dinas Kesehatan Situbondo itu menambahkan, dua orang praktisi kejiwaan asal Australia itu ingin melihat secara langsung pelayanan di Puskesmas Mlandingan, Situbondo. Keduanya, urai Abu Bakar Abdi, sudah ia antarkan ke Puskesmas setempat guna melakukan survey sekaligus studi banding. “Termasuk yang dijadikan ruang rawat inap pasien penyakit jiwa di Puskesmas Mlandingan ikut mereka kunjungi,” pungkas mantan Kabag TU RSUD dr Abdoer Rahem, Situbondo itu. [awi]

Tags: