Dua Warga Leces Probolinggo Tewas di Wamena saat Kerusuhan Pecah

Keluarga menunjukkan foto MOhammad Subahan korban kerusuhan Wamena.

(200 Warga Probolinggo di Wamena Minta Pulang)

Probolinggo, Bhirawa
Setidaknya sekitar 200 warga asal Dusun Krajan 1, Desa Jorongan, Kecamatan Leces, Kabupaten Probolinggo dikabarkan masih tertahan di tempat pengungsian di Wamena. Mereka masih tertahan karena tak punya biaya untuk pulang, karena trauma akan dua rrekannya yang tewas saat kerusuhan pecah. Hal ini diungkapkan Kepala Desa Jorongan, Masuni, Selasa 1/10.
Kebanyakan warga Desa Jorongan yang merantau ke Papua bekerja wiraswasta seperti membuka toko kelontong, mebel, hingga jasa ojek.S ampai kini warga Desa Jorongan masih tertahan di pengungsian Kota Wamena lantaran tak memiliki biaya untuk pulang. Sementara hanta benda yang dimiliki ditinggalkan begitu saja karena faktor keamanan yang masih tak kondusif.
Mereka di sana hanya bisa bertahan, sampai menunggu jadwal giliran pulang oleh pemerintah daerah Wamena. Namun demikian, belum ada kejelasan pastinya kapan. Masuni mengaku telah membuat surat permohonan bantuan pemulangan korban kerusuhan Wamena kepada Bupati Probolinggo. Surat permohonan sendiri, ditembuskan kepada Ketua DPRD, Dinas Sosial hingga Gubernur Jawa Timur.
Menurut Masuni, saat kerusuhan lalu, warga Desa Jorongan yang tinggal di Wamena kabur guna menyelamatkan diri. Sampai saat ini, warga Desa Jorongan tersebar di sejumlah titik pengungsian mulai dari Kodim, Polres dan Masjid Agung guna mendapatkan tempat perlindungan.
Komunikasi terakhir, untuk suplai makanan masih tercukupi. Namun umumnya, mereka sudah trauma dan ingin pulang ke kampung halamannya. Apalagi seorang warga Jorongan, sudah tewas saat kerusuhan kemarin, papar Masuni.
Lebih lanjut dikatakannya, dua warga kami, menjadi korban kerusuhan yang pecah di Wamena, Papua, Senin 23/9 lalu. Keduanya meninggal dunia dalam kerusuhan itu. Mereka adalah Mohammad Subahan, 38, warga Jalan Kyai Sekar, Desa Sumberkedawung dan Sofyan, 35, warga Dusun Campuran, Desa Jorongan.
Mohammad Subahan meninggal setelah kepalanya kena hantaman batu dalam kerusuhan itu. Luka yang dialaminya menimbulkan pendarahan, sehingga korban meninggal.Sementara Sofyan, meninggal setelah kena kapak di leher dalam kerusuhan di tempat yang berbeda. Korban pun meninggal di lokasi kejadian.
Keluarga kedua korban pun sudah mendapat berita duka itu. mereka mendapat kabar dari paguyuban pekerja asal Leces yang bekerja di Wamena. Upaya pemulangan jenazah kedua korban pun sedang dilakukan saat ini. Sambil menunggu situasi di Wamena yang belum kondusif, ungkapnya.
Muhammad Jamal, kakak ipar Muhammad Subahan saat ditemui mengatakan, keluarga mendapat informasi kematian adik iparnya dari rekannya yang sama-sama bekerja di Wamena. Menurutnya, keluarga mendapat telepon Senin 23/9 sekitar pukul 14.00. “Katanya tempat indekos adik diserang dan dia menjadi korban. Adik kena hantaman batu di kepala dan mengalami pendarahan. Sehingga, nyawanya tidak dapat tertolong,” jelasnya.
Kerusuhan itu terjadi Senin 23/9 pagi, saat korban yang bekerja sebagai tukang ojek hendak berangkat kerja. Saat itu indekos korban diserang massa dengan cara dibakar dan dilempari batu. Korban bersama delapan rekannya mencoba menyelamatkan diri dengan naik mobil Mitsubishi Strada. Namun, karena banyaknya massa yang menyerang, upaya tersebut gagal. Saat itulah, korban ditemukan berada di selokan dengan kepala berdarah.
Mendapat berita itu, awalnya pihak keluarga sempat tidak percaya. “Ya kami tak langsung percaya. Kami mencoba cari informasi yang pasti. Berkali-kali kami menghubungi nomor pribadi adik, namun tak kunjung diangkat,” tuturnya.
Pada akhirnya keluarga kembali menghubungi rekan kerja korban dan menanyakan kondisi terakhir di sana. Tujuannya, untuk membawa pulang jasad korban dan dimakamkan di kampung halaman. “Kami lakukan segala upaya agar jasadnya bisa dipulangkan dan dimakamkan di sini,” tandasnya.
Keluarga Sofyan mendapat kabar dari istri Sofyan yang ikut merantau. Mereka mendapat kabar juga Senin 23/9, pukul 15.00. “Katanya telah terjadi kerusuhan dan Sofyan meninggal dunia karena kena kapak di leher. Kami berupaya agar jasadnya bisa segera dipulangkan,” terang H. Adbul Ghani, kakak sepupu Sofyan.
Menurutnya, sudah dua tahun Sofyan merantau di Wamena. Di sana, dia bekerja di tempat produksi mebel. Kerusuhan yang terjadi Senin di Wamena, juga meluas ke tempat kerja Sofyan. Saat itu tempat kerja Sofyan tiba-tiba diserang oleh massa. Penyerangan yang tiba-tiba membuat Sofyan tidak bisa menyelamatkan diri. Dia kena kapak di leher oleh salah satu massa yang menyerang.
Abdul Ghani menyebut, jenazah korban akan dipulangkan. Keluarga bahkan sudah mengurus biaya kepulangan dari Wamena ke Probolinggo. Sementara itu, Kapolsek Leces Iptu Akhmad Gandi membenarkan dua warga Leces yang meninggal dalam kerusuhan Wamena. Gandi mengaku mendapat informasi tersebut dari kepala Desa Jorongan. “Begitu mendapat kabar, kami coba berkoordinasi dengan pihak keluarga untuk memulangkan korban dan dimakamkan di sini,” tambahnya.(Wap)

Tags: