Dua Warga Probolinggo Suspect Difteri

dr. Taufiqurrahman, Sekretaris Dinkes Kota Probolinggo.

Probolinggo, Bhirawa
Dua warga di Kabupaten Probolinggo, dilarikan ke rumah sakit umum daerah (RSUD) Waluyojati Kraksaan, setelah diduga suspect difteri. Keduanya masih menjalani perawatan secara tertutup. Sedangkan Pemkot Probolinggo klaim bebas Difteri.
Menurut Humas RSUD Waluyojati Kraksaan, Sugianto, Rabu 13/12, sampai saat ini, yang masuk dua orang. pasien yang rawat disini, karena mereka mengalami infeksi tenggorokan yang menyebabkan sistem pernafasannya terganggu. Namun enggan menyebut namanya.
Dua pasien itu, masing-masing remaja berusia 19 tahun asal pulau Gili Ketapang, Kecamatan Sumberasih, yang masuk ke ruang perawatan sejak tanggal 9 Desember lalu. Sedangkan satu pasien lain adalah bocah berusia 9 tahun asal Kelurahan Sidomukti, Kecamatan Kraksaan, yang dilarikan ke IGD rumah sakit, senin malam kemarin. Setelah dinyatakan positif difteri, ia dirawat ruang perawatan Dahlia.
Dimana yang dari Gili Ketapang itu masih dicurigai, tetapi tetap kita perlakukan seperti paisen difteri, karena gejala-gejalanya mengarah kesana. Yang satunya dari pemeriksaan dokter memang 99% positif difteri,” ungkapnya.
Hingga Rabu, dua warga yang diduga terserang difteri menjalani perawatan secara tertutup. Hal itu untuk menghindari penyebaran penyakit yang disebabkan oleh bakteri corynebacterium diphtheriae ini. Pasalnya pasien penderita infeksi tengggorokan ini, sempat kesulitan bernafas. Meski demikian, kondisi keduanya belum dinyatakan kronis.
Difteri adalah infeksi tenggorokan yang berbuntut pada kesulitan bernapas. Penyakit ini dapat berakibat fatal hingga berujung pada kematian. Umumnya, difteri disebabkan lemahnya kekebalan tubuh akibat tidak adanya imunisasi dan vaksin. “Penyakit ini bisa menyebar melalui udara, seperti batuk dan bersin, karena itu sebaiknya kita menjaga kebersihan diri dan lingkungan,” terangnya.
Pihak rumah sakit, berencana mengisolasi ruang perawatan kedua pasien difteri, agar penyakit berbahaya ini tidak menular ke pasien lain. Selain nanti juga tetap akan melakukan perawatan berkala, paparnya.
Sementara itu dr. Taufiqurrahman, Sekretaris Dinas Kesehatan Kota Probolinggo secara terpisah menegaskan, sepanjang tahun 2017 ini, setidaknya sudah ada 12 anak meninggal dunia akibat penyakit Difteri. Meski berada di daerah sebaran Difteri, Pemkot Probolinggo mengklaim daerahnya bebas dari penyakiti difteri. “Sampai hari ini belum ada laporan dari petugas kesehatan terkait adanya penyakit Difteri di wilayah kami. Yang kami dengar malah di kabupaten ada,” katanya.
Dijelaskannya, pihaknya sudah meminta laporan dari fasilitas pelayan kesehatan (fasyankes) yang ada di Kota Probolinggo ini. Baik itu, Puskesmas, rumah sakit, maupun klinik kesehatan lainnya.
“Difteri terakhir yang dilaporkan ke dinas itu sekitar tujuh atau enam tahun yang lalu. Kalau gak salah di daerah Jrebeng. Hingga saat ini belum juga ada laporan lagi,” tandasnya.
Ia mengatakan bebasnya wilayah kota dari penyakit Difteri karena langkah-langkah pencegahan dilakukan secara intensif. Misalnya imunisasi lengkap kepada balita yang dilaksanakan secara periodik. Imunisasi itu diberikan pada anak-anak usia kurang dari satu tahun, usia 1- 2 tahun. Serta kelas 1, 2 dan 5 SD untuk melakukan imunisasi Difteri.
Imunisasi Difteri itu antara lain DPT HIb atau DT atau Td. “Imunisasi lengkap ini sudah mencapai 90 persen tahun ini. Didalamnya ada vaksinasi mati difteri,” ungkap Taufiq.
Meski terbebas dari Difteri, pihaknya juga perlu upaya-upaya pencegahan yakni melalui sosialisasi penyakit ini. Masyarakat perlu mengetahui gejala-gejala awal penyakit difteri. Selain itu, masyarakat diminta untuk menjaga kesehatan, kemudian meningkatkan gizinya.
“Kami susah mengeluarkan imbauan untuk masyarakat agar membawa anak-anak bila ada keluhan deman dan nyeri telan ke Fasyankes terdekat,” tambahnya. [wap]

Rate this article!
Tags: