Dugaan Bullying Warnai Hari Pertama LOS

Ketua Dewan Pendidikan Surabaya Martadi mendatangi SMAN 18 Surabaya yang diduga terjadi praktik bullying kepada peserta, Senin (27/7).

Ketua Dewan Pendidikan Surabaya Martadi mendatangi SMAN 18 Surabaya yang diduga terjadi praktik bullying kepada peserta, Senin (27/7).

Dindik Surabaya Klaim Semua Sesuai Aturan
Surabaya, Bhirawa
Meski sudah berkali-kali mendapat pengarahan Dinas Pendidikan (Dindik) Surabaya, dugaan praktik bullying masih saja terjadi saat pelaksanaan Layanan Orientasi Siswa (LOS). Baik siswa dan wali murid tidak bisa menerima perlakuan panitia yang dianggap terlalu arogan seperti militer.
Dugaan praktik bullying ini terjadi di SMAN 18 Surabaya saat hari pertama LOS, Senin (27/7). Sejumlah siswa sempat menolak mengikuti LOS yang digelar sekolah tersebut. Peserta menolak masuk areal sekolah dan mengikuti kegiatan karena orangtuanya tidak terima.
Salah satu siswa yang juga sempat mendapat perlakuan yang tidak mengenakan ialah Mohammad Ranau Alejandro. Dia mengaku perlakuan panitia yang tidak lain adalah kakak kelasnya seperti militer yang suka membentak-bentak. Bahkan menurut Ranau, ada teman sekelasnya yang dibully dengan mencoret coret wajah temannya di hadapan teman sekelas. “Saya akhirnya tidak ikut LOS hari pertama,” kata dia di temui di kediamannya Jl Kebraon Manis Selatan, Senin (27/7).
Orangtua Ranau, Yuliati Umrah yang mendapat pengaduan anaknya terkait ini, tak bisa menerima perlakuan tersebut. Dia pun sempat memarahi anaknya dan teman sekelasnya dan kemudian melarang anaknya untuk mengikuti LOS yang dimulai kemarin. “Anak saya mengaku tidak nyaman setelah mendapat perlakuan tidak pantas dari panitia,” katanya.
Terkait laporan ini, Kepala SMAN 18 Surabaya Suwandi membantah. Dia mengaku tidak ada aksi bullying yang dilakukan panitia pada peserta. Dia menyebut semua yang sudah dilakukan sekolahnya sesuai Permendikbud Nomor 55 Tahun 2014 tentang Masa Orientasi Sekolah. “Kalau hanya persoalan foto pada kartu identitas peserta itu hanya ide kreatif untuk kampanye pelajar tanpa make up,” tutur Suwandi enteng.
Dugaan bullying ini langsung mendapat respon Dindik Surabaya dan Dewan Pendidikan Surabaya. Kabid Pendidikan Menengah Kejuruan Dindik Surabaya Sudarminto juga membantah adanya bullying pada pelaksanaan LOS di Surabaya. Dia mengklaim semua sudah sesuai aturan dalam Permendikbud Nomor 55 Tahun 2014. “Kalaupun ada bullying mungkin saat pra LOS. Tapi itu sudah diperbaiki pada saat hari pertama tadi (kemarin, red),” tutur dia.
Terkait dugaan bullying di SMAN 18 ini, pihaknya telah menerjunkan tim dari unsur pengawas sekolah, Dewan Pendidikan dan Dindik Surabaya untuk memantau langsung di lapangan. “Saya juga sudah turun sendiri dan ternyata tidak ada praktik bullying di SMAN 18 ini,” kata dia.
Sejak awal, lanjut mantan Kepala SMAN 16 ini, pengawasan LOS di sekolah menjadi perhatian serius. Pihak sekolah telah diminta untuk mengawasi ini secara intensif agar tidak terjadi hal-hal di luar prosedur LOS. “Namanya panitia ini kan juga anak-anak. Jadi harus diawasi betul. Kadang-kadang kalau tidak diawasi, mereka tidak sadar ternyata kegiatannya menyalahi aturan,” pungkas dia.
Sementara Ketua Dewan Pendidikan Surabaya Martadi menambahkan, penggunaan kartu identitas peserta dengan foto yang dicoret-coret menjadi pemicu protes orangtua. Karena itu, dia berharap agar konsep semacam ini tidak dilanjutkan agar tidak memicu reaksi yang lebih buruk. “Sebaiknya ide kreatif semacam ini tidak dilanjutkan,” pinta Martadi. [tam]

Tags: