Duka Hankamnas

foto ilustrasi

Seluruh awak kapal (selam) Nanggala 402, dinyatakan telah gugur dalam misi latihan ke-siaga-an profesionalisasi tempur. Seantero negeri bangsa Indonesia berduka kehilangan putra terbaik bangsa anggota korps “Hiu Kencana.” Segenap jajaran TNI (Tentara Nasional Indonesia), khususnya matra laut, diliputi kesedihan mendalam. Bahkan jajaran militer selam seluruh dunia menyatakan empati duka, kehilangan partner latih tangguh dari Indonesia.

Musibah bisa terjadi setiap saat, tak terkecuali pada alutsista (alat utama sistem persenjataan) yang terbaik, terbaru, dan paling canggih. Antara lain, berdasar catatan Naval Technology, terjadi pada kapal selam Kursk (K-141) milik Rusia. Tenggelam di laut Barents, Desember 1994. Insiden terjadi saat menembakkan tiruan torpedo dalam latihan bertajuk Summer-X, bersama 30 kapal lain. Di dalam K-141 terdapat 118 awak, yang tak dapat diselamatkan.

Juga terdapat kapal selam USS Threster (SSN 593) milik Amerika Serikat, yang dinyatakan hilang, dan tenggelam (April 1963). Melansir lawfareblog.com, USS Threster mengangkut 129 awak kapal militer, dan warga sipil. Seluruhnya tak bisa diselamatkan. Naval Technology juga mencatat insiden kapal selam Ming-361 milik RRC. Menggunakan mesin diesel-listrik, Ming-361 melakukan latihan di laut Kuning. Insiden dipicu kerusakan mesin diesel yang meng-kontaminasi oksigen dalam kapal selam. Seluruh awak (70 personel) mati lemas.

Setidaknya terdapat 5 insiden kapal selam yang tenggelam bukan disebabkan perang. Juga bukan disebabkan human error. Begitu pula musibah (insiden) alutsista canggih, dan mahal, bisa terjadi di udara. Misalnya, jatuhnya jet tempur Amerika Serikat, F-22 (seharga US$ 143 juta, sekitar Rp 2 trilyun) dalam latihan di Florida. Dunia juga mendekomentasikan beberapa kegagalan (kecelakaan) peluncuran roket peluru kendali, dan misi ruang angkasa.

“Nenek moyangku seorang pelaut…” Begitu bunyi syair lagu anak-anak (yang diciptakan oleh Ibu Sud, dekade 1960-an). Bukan sekedar lagu, melainkan kebanggan. Sebab, hampir seluruh suku bangsa memiliki banyak kampung pesisir dengan tokoh penjelajah laut yang kondang. Banyak saudagar sekaligus pelindung (tentara) perairan. Seperti tokoh Hang Tuah, Hang Jebat, dan Hang Lekir. Pelaut yang tangguh menghadapi ombak, dan tangguh mengalahkan perusuh perairan.

Sejak zaman Majapahit, telah dikenal tekad semboyan (bahasa Sansekerta) “Jalesveva Jayamahe.” Dalam bahasa Indonesia, bermakna “di laut kita jaya.” Semboyan sebagai semangat juang mengarungi bahtera luas, dan jauh. Dalam catatan sejarah, tahun 1365, armada laut kerajaan Majapahit telah mencapai pantai Fak-fak. Dalam kitab Negarakertagama mencatat pelayaran ribuan kilometer dari Surabaya ke Wanin, sukses diterima masyarakat pesisir.

Ketangguhan armada Majapahit, bukan satu-satunya. Dulu Raja Bugis, Karaeng Pattengaloan (abad ke-18), juga sudah memiliki teropong bintang. Saat itu jumlahnya masih 5 unit sedunia. Saat ini bagai memiliki satelit. Sehingga tiada berani kapal asing mencuri ikan sampai di perairan laut Arafuru. Yang tertangkap, seluruh muatan (dan kapalnya) disita, awak kapalnya dikenakan hukuman denda atau pidana. Ke-aneka ragaman hayati perairan timur Indonesia tetap terjaga.

Keamanan laut telah menjadi tupoksi (tugas pokok dan fungsi) penjagaan oleh negara. Berdasar konstitusi dilaksanakan oleh TNI-AL (Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut). UUD pasal 30 ayat (3), menyatakan, “Tentara Nasional Indonesia terdiri atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara sebagai alat negara bertugas mempertahankan, melindungi, dan memelihara keutuhan dan kedaulatan negara.”

Hingga kini belum pernah terjadi militer asing coba menguasai teritorial laut Indonesia. Boleh jadi kekuatan TNI-AL telah diketahui dunia. Insiden Nanggala 402 akan semakin menguatkan upaya sistem pertahanan dan keamanan nasional.

——— 000 ———

Rate this article!
Duka Hankamnas,5 / 5 ( 1votes )
Tags: