Dukung Pengelolaan Sampah CCAI Gelar Pelatihan Daur Ulang

Proses memasukkan cacahan sampah plastik ke dalam botol PET untuk pembuatan Ecobrick.

Kab.Pasuruan, Bhirawa
Merayakan Hari Anak Nasional dan mewujudkan komitmen untuk menjalankan bisnis yang lebih ramah lingkungan, Coca-Cola Amatil Indonesia (CCAI) bekerja sama dengan Komunitas Nol Sampah Surabaya mengadakan pelatihan daur ulang sampah organik dan anorganik di SDN Watukosek Gempol.
Dalam workshop tersebut peserta dibekali ilmu mengenai pentingnya mengelola sampah dari sumbernya dengan cara 3R: Reduce, Reuse dan Recycle. Selain itu, peserta juga diajak untuk berinovasi mendaur ulang sampah menjadi barang yang bermanfaat.
“Biasanya sampah kresek langsung dibuang setelah pakai, dengan metode ini sampah plastik yang sulit terurai tersebut dapat dimasukkan kedalam botol sehingga menjadi ecobrick. Dengan sedikit kreatifitas, Ecobrick ini dapat membuat berbagai benda bermanfaat,” ungkap Public Affairs & Communication CCAI, Fatimah Zahra saat dikonfirmasi Bhirawa, Kamis (27/7) kemarin.
Zahra menambahkan, Tidak hanya itu, untuk mendukung pengelolaan sampah di sekolah, dalam kesempatan ini CCAI juga menyerahkan bantuan tempat sampah berukuran 120 liter untuk SDN 3 Gempol, yang diterima langsung oleh Kepala SDN Watukosek, Nuryani.
“Melalui kegiatan seperti ini, CCAI berpartisipasi dalam upaya-upaya meningkatkan kesadaran masyarakat akan pengelolaan sampah yang baik sejak dini. Dengan manajemen yang tepat, sampah yang tadinya jahat dapat menjadi bermanfaat,” jelas Zahra.
Sedangakan sejak tahun 2012, CCAI telah mendonasikan lebih dari 3.100 tempat sampah ke berbagai pelosok di Indonesia. Bantuan ini merupakan bukti komitmen CCAI untuk menjalankan bisnis yang bertanggung jawab dengan meningkatkan kesadaran terhadap isu lingkungan.
Sementara itu para siswa-siswi terlihat tekun memerhatikan presentasi dan mempraktekan cara membuat Ecobrick. Peserta semakin semangat ketika melihat contoh meja dan kursi yang terbuat dari Ecobrick yang telah dipajang di depan kelas. Untuk pengolahan sampah non-organik, peserta dikenalkan dengan metode Ecobrick. Pembuatan Ecobrick tergolong mudah karena dapat memanfaatkan sampah botol plastik yang mudah ditemukan di sekitar.
Botol-botol PET tersebut diisi dengan sampah-sampah plastik hingga penuh, kemudian dipadatkan supaya struktrunya menjadi keras. Botol-botol yang telah diisi tersebut kemudian dirangkai menjadi berbagai macam benda seperti meja, kursi, bahkan bisa dimanfaatkan sebagai bahan pembuat tembok selayaknya batu bata.
“Selain diajarkan untuk mendaur ulang sampah non-organik, para peserta juga dilatih untuk memanfaatkan sampah organik menjadi pupuk cair. Sampah organik yang digunakan adalah sampah buah jeruk beserta kulitnya,” ujarnya.
Kemudian sampah organik ini dicampur dengan air tebu dan air dengan perbandingan antara air tebu : Sampah organik : air sebesar 1:3:10. Campuran ini kemudian ditutup rapat agar terjadi fermentasi secara anaerob. Setelah 21 hari, pupuk cair siap digunakan untuk menyuburkan tanaman yang ada di Sekolah.
Pelatihan yang diikuti oleh pelajar kelas 6 ini mendapatkan apresiasi yang baik dari Nuryani selaku Kepala Sekolah. “Sebelumnya saya tidak pernah terpikir bahwa botol plastik bisa disulap menjadi batu bata. Ini cara yang sangat kreatif dan sangat mudah diaplikasikan,” tegasnya. [riq.hil]

Tags: