Bisnis Periklanan di Jatim Tak Penuhi Target

3-periklanan-advertisingSurabaya, Bhirawa
Perubahan iklim politik selama 2014 nampaknya berpengaruh pada bisnis periklanan di Indonesia. Bahkan Target belanja iklan tahun ini tidak dipatok terlalu tinggi. Penyebabnya, kondisi ekonomi dan politik dinilai tidak stabil yang berimbas pada minat belanja iklan.
Ketua Umum Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia, Harris Thajeb mengatakan, pada tahun ini kinerja perusahaan periklanan memang tidak sesuai harapan. Dari target pertumbuhan belanja iklan yang masuk sebesar 18%, realisasinya hingga oktober hanya dikisaran 8% sampai 20% dengan nilai Rp 147 triliun.
“Sampai Desember 2014 saya perkirakan belanja iklan akan mencapai sekitar Rp 150 triliun. Memang tidak sesuai target karena memang kondisi perekonomian dan perpolitikan tahun ini kurang stabil,” terang  Harris Tadjeb Ketua P3I.
Menurutnya, dari angka Rp 124 triliun tersebut, sumbangan iklan terbesar ada pada media televisi, yakni dengan 66 persen. Kemudian media cetak sekitar 30 persen. Sisanya ada di radio dan digital. “Di digital masih kecil tapi saya optimis akan terus tumbuh ke depannya karena saat ini sudah banyak sekali media online,” paparnya.
Sementara Ketua Umum Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (P3I) Jatim Haries Purwoko menegaskan, industri periklan di Jatim terus di pacu kinerja pada akhir tahun ini. Peningkatan kinerja P3i Jatim sebagai upaya menghadapi  dengan terbukanya berbagai ratifikasi perjanjian perdagangan internasional, termasuk MEA, maka peluang dan tantangan di masa depan akan lebih dahsyat
“Persaingan kita di tahun depan bukan lagi dengan industri periklanan lokal. Kita menghadapi pendatang-pendatang asing yang membawa cita rasa kreatifitas dan inovasi yang tinggi, prasana teknologi yang lebih canggih, dan tentu strategi pemasaran yang lebih jitu,” ungkap  Ketua Umum P3I Jatim, Haries Purwoko saat dikonfermasi terkait industri periklanan di Jatim.
Menurut Haries,  tantangan  kedepan untuk meningkatkan kinarja P3i Jatim yakni ,  harus para pelaku usaha periklanan agar memacu lebih kencang , memiliki kualitas layanan baik dan melahirkan ide, kreatifitas, inovasi dengan cita rasa yang lebih tinggi.
Disisi lain Haries menyebutkan, keberadaan industri periklanan dalam negeri memiliki potensi kekayaan yang belum dipamerkan di mata dunia. “Mari kita tunjukkan kepada pasar dunia bahwa Indonesia adalah bangsa yang besar, tangguh, dan tidak mudah ditaklukkan,” ujar Haries juga menjabat Ketua DPW Pemuda Pancasila kota Surabaya ini.
Haries berharap, peran Pemerintah terhadap industri periklan harus sinergi (kerjasama) slaha satunya adalah,  memberikan perlindungan, memberikan fasilitas dan kemudahan atas izin pelaku usaha periklanan. Sinergi antara pengusaha periklanan dengan pemerintah setempat akan menjadi kunci penting dalam memacu kinerja ekonomi daerah.
“Dan kami sebagai pelaku industri periklanan akan selalu memperhatikan aspek-aspek estetika kota dan ekologi, sehingga ke depan, antara pemerintah dan pelaku industri periklanan dapat berjalan sinergis,” pintanya
Asisten Perekononian dan Pembangunan Pemerintah kota Surabaya, M Taswin mengatakan Pemerintah Kota Surabaya akan selalu bersinergi dengan P3I untuk melakukan penataan estetika kota dengan melakukan penataan dan penertiban reklame sesuai ketentuan yang berlaku.
”Ini harus dilakukan karena masih banyak reklame yang tidak sesuai prosedur tegak berdiri di Surabaya. Misalkan ukuran reklame mencapai 6 X 12 meter, padahal sesuai ketentuan di Surabaya harus berukuran 5 X 10 meter,” ungkapnya.  [ma]

Tags: