Ecoton Minta Wali kota Pulihkan Kali Surabaya

Seorang pria menjaring ikan di atas luapan air pintu air Jagir Wonokromo, Kali Surabaya, kawasan Jagir Wonokromo Surabaya, Senin (22/12). Luapan air yang disebabkan dibukanya pintu air Jagir Wonokromo tersebut, untuk mengurangi naiknya debit air di Sungai Brantas wilayah Mojokerto dan sekitarnya. ANTARA FOTO/Eric Ireng/ed/pd/14

Seorang pria menjaring ikan di atas luapan air pintu air Jagir Wonokromo, Kali Surabaya, kawasan Jagir Wonokromo Surabaya, Senin (22/12). Luapan air yang disebabkan dibukanya pintu air Jagir Wonokromo tersebut, untuk mengurangi naiknya debit air di Sungai Brantas wilayah Mojokerto dan sekitarnya. ANTARA FOTO/Eric Ireng/ed/pd/14

Surabaya, Bhirawa.
Ecoton menilai Pemkot Surabaya selama ini sebatas fokus pada penataan kota dan peningkatan peranserta masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup.
Taman kota menjadi ikon harmonisasi antara manusia dan lingkungan hidup. Ecoton melihat ada aspek penting lain yang seolah belum menjadi perhatian berupa Ketersediaan air Bersih.
“Kali Surabaya, 98% PDAM Surya Sembada mengambil airnya dari sungai yang kewenangan pengelolaannya ada di Jakarta. Tetapi lokusnya dan subjek penderitanya adalah Arek Suroboyo,” kata Direktur Eksekutif Ecoton Prigi Arisandi, kemarin.
Ecoton mencatat kronologi kontaminasi bahan beracun baru yang bernama Senyawa Perusak  Hormon (SPH)  di Kali Surabaya sejak 2006 hingga 2013.
SPH dalam bahasa Ilmiah disebut sebagai Endocrine Disruptor Chemical (EDC) merupakan kumpulan senyawa-senyawa kimia yang membuat hidup manusia lebih ‘nyaman dan modern’.
EDC ditemukan sebagai campuran plastik, tekstil, cat, dasboard mobil, bahan kimia dalam obat yang kita konsumsi, sepatu kulit, jok motor dan jok mobil kita, pelapisan logam, pestisida, sabun dan bahan-bahan imitasi, meja kursi dan lainnya. Singkatnya, semua produk yang diproduski di pabrik-pabrik yang ada di Rungkut, Tandes, Ngagel (dulu), kawasan industri di karangpilang dan Driyorejo menggunakan SPH.
“Muara pembuanganya adalah Kali Surabaya dan  Kali Mas. Kondisi terkini SPH telah merusak ekosistem sungai yang ditandai dengan temuan universitas di Paris pada tahun 2013 yang menyatakan 20% ikan Bader di Kali Mas mengalami interseks atau adanya  sel telur dalam kelenjar spema dalam organ reproduksi ikan Bader alias ikan Bencong,” urai Prigi.
konsentrasi yang sama dapat berdampak serupa pada manusia bila terpapar atau terkontaminasi SPH. Bila dibandingkan Eropa, Amerika atau negara Asia lainnya konsentrasi SPH di Kali Surabaya jauh melebihi.
Upaya ini mengajak ITS, Unair, UPN, UNESA untuk mengkaji penyakit kelainan hormon pada manusia untuk mengetahui seberapa parah dampak SPH pada kesehatan warga.
“Menyikapi masalah ini, jika berharap pada Jakarta, dipastikan akan lama dan menunggu korban yang lebih banyak,” tandasnya. Ecoton berkeyakinan Wali Kota Surabaya bisa menginisiasi pemulihan Kali Surabaya melalui beberapa pola. Rembug Kali Surabaya dengan mengajak Bupati Gresik, Mojokerto dan Sidoarjo untuk menyusun roadmap pemulihan, karena dari ketiga kabupaten inilah bencana SPH berasal.
Upaya lain, Gerakan Konsumen Sahabat Sungai, upaya mendorong Warga Untuk memakai produk industri yang dihasilkan dengan tidak mencemari kali Surabaya. [dre]

Tags: