Efek Domino Pilgub Jakarta Tidak Terlalu Signifikan di Jatim

Surabaya, Bhirawa
Kompetisi Pemilihan Gubernur DKI Jakarta yang baru saja usai, menimbulkan efek domino terhadap pemilihan kepala daerah di tempat lain, termasuk Jawa Timur. Namun efek domino Pilgub DKI disebut-sebut tidak signifikan di Pilgub Jatim yang akan digelar pada 2018. Pasalnya, karakteristik masalah dan tipologi masyarakat Jatim berbeda dengan Jakarta.
Ketua Pusat Studi Politik dan Keamanan (PSPK) Universitas Padjajaran Muradi Clark mengungkapkan saat ini sudah ada kampanye dan penggalangan opini agar tidak memilih partai pendukung penista agama. Namun pengaruhnya tak akan signifikan di Pilgub Jatim, mengingat dalam pilgub pemilih lebih melihat figur calon gubernur atau wakil gubernur ketimbang partai pengusung.
“Memang ada efek domino Pilgub Jakarta terhadap Pilgub Jatim, tapi tidak signifikan,” ujar mantan aktivis mahasiswa ’98 itu, Selasa (25/4).
Pemegang gelar Doktor dari Flinders University Australia ini memprediksi, isu Suku Agama Ras Antar Golongan (SARA) yang kental pada Pilgub DKI Jakarta juga akan terjadi di Pilgub Jatim. Hal itu mengacu kelompok masyarakat yang aktif menolak Ahok menjadi gubernur DKI datang dari beberapa daerah di Jatim.
Namun Muradi menilai isu SARA di Jatim skalanya kecil, kalaupun ada kemungkinan akan menyerang calon gubernur maupun calon wakil gubernur perempuan. Dari sejumlah nama kandidat yang muncul dipermukaan ada nama figur perempuan seperti Khofifah Indar Parawansa dan Tri Rismaharini. Belakangan juga muncul politisi perempuan Partai Demokrat Nurhayati Ali Assegaf.
Alumni aktivis Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) ini mengingatkan, selama kepemimpinan Soekarwo-Saifullah Yusuf (KarSa) Jawa Timur relatif kondusif. Terlebih Jatim adalah basis Nahdlatul Ulama (NU) dengan ajaran Ahlussunnah Wal Jamaah dan semangat Islam Nusantara. NU yang mayoritas di Jatim terkenal sangat menghargai tolerasi dan keberagaman akan memiliki peran vital menjaga situasi kondusif di Jatim. [cty]

Tags: