Efisiensi Harga BBM

Kendala transportasi dan distribusi karena musim hujan, akan terganti dengan penurunan harga BBM (Bahan Bakar Minyak). Harga solar (Dexlite) turun 6,68% menjadi Rp 9.500,- per-liter. Pertamina Dex juga turun (12,82%) menjadi Rp 10.200,- per-liter. Penurunan harga dua jenis solar andalan transportasi nasional ini bagai “penglipur” sepinya trayek. Terutama angkutan umum penumpang yang telah lama melesu.
Selama 5 tahun terakhir pemerintah menetapkan harga BBM sesuai asas kejujuran, dan ke-ekonomi-an. Jujur, karena harga BBM dalam negeri ditentukan berdasar fluktuasi harga minyak dunia. Juga asas ke-ekonomi-an dengan mencabut subsidi BBM. Namun uniknya, kali ini pemerintah menurunkan harga BBM pada saat harga minyak dunia sedang meroket. Perdagangan minyak dunia untuk pengiriman bulan Maret 2020 seharga US$ 70,- per-barrel.
Meroketnya harga minyak dunia disebabkan kekhawatiran ancaman perang teluk, yang melibatkan Amerika Serikat beserta Sekutunya (Eropa). Donald Trump, sekaligus bermusuhan dengan Irak, dan Iran, masing-masing dengan problem berbeda. Rakyat Irak meng-ingin-kan Amerika hengkang, karena menimbulkan ketegangan dengan tetangga (Iran). Begitu pula rakyat Iran, sedang marah besar, karena jenderal-nya (Qaseem Sulaimani) terbunuh akibat serangan udara Amerika.
Ironisnya, Jenderal Qaseem (Komandan Pasukan Quds), sedang berjuang bersama pasukan gabungan (Iran dan Irak) memerangi ISIS di Irak. Qaseem, sukses mengusir ISIS. Selain korban jiwa Jenderal Qaseem, Iran juga bersitegang dengan Amerika karena persenjataan nuklir. Kemarahan rakyat Irak, dan Iran, menyebabkan harga minyak meroket sampai 6%, hanya dalam sepekan.
Teluk Persia, sebagai jalur utama pengiriman minyak, merupakan dominan area (sampai 80%) perdagangan minyak dunia. Seluruh minyak dari jazirah Arab (Kuwait, UEA, Arab Saudi, Iran, dan Irak) dan Afrika, dikapalkan melalui Teluk Persia. Iran merupaka produsen minyak terbesar ketiga di dunia. Amerika, juga produsen minyak terbesar di dunia, yang diperoleh dari berbagai sumur di seluruh belahan bumi.
Penurunan harga BBM oleh pemerintah dianggap sebagai langkah “berani.” Namun sebelum Pertamina (BUMN), beberapa BBM perusahaan asing sudah turun. Antara lain, Shell (menurunkan harga sejak 1 Januari), dan Total (bermarkas di Perancis) turun harga sejak 3 Januari. “Keberanian” pemerintah konon, disebabkan penghematan harga beli langsung ke negara produsen, bukan melalui calo minyak. Serta sukses pemasalan bio-diesel, melalui program B-20, dan B-30.
Selisih harga beli langsung bisa mencapai US$ 6,- per-barrel. Sehingga harga minyak bisa lebih murah. Penurunan harga minyak meliputi jenis BBM level “atas” yang biasa dikonsumsi mobil ber-CC besar. Yakni, Pertamax, turun 6,6% menjadi Rp 9.200,-. Pertamax Turbo, turun 11,6% menjadi Rp 9.900,- per-liter. Armada bus, dan truk, serta mobil pribadi bergandar besar juga menikmati pemurahan BBM. Yakni, Pertamina Dex, dan Dexlite.
Penurunan harga BBM dalam negeri patut diapresiasi, sebagai keberhasilan pemerintah melakukan efisiensi sistemik. Pemerintah berhasil melaksanakan administrated price (hak penetapan harga). Namun pada komoditas lain, pemerintah masih perlu menggencarkan efisiensi. Antara lain pada harga iuran BPJS Kesehatan. Seharusnya pelaksana Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) memiliki manajemen pemanfaatan aset (termasuk piutang).
Dengan jumlah peserta sebanyak 224,1 juta jiwa, seharusnya BPJS merupakan perusahaan “raksasa” yang sangat menguntungkan. Bahkan peserta PBI (Penerima Bantuan Iuran) telah sebanyak 135,3 juta jiwa ditanggung APBN, dan APBD. Pasti sangat banyak investor berebut mengelola BPJS, dengan garansi keuntungan besar.
Kenaikan iuran BPJS, realitanya, menjadi beban masyarakat. Akibatnya sebanyak 373 ribu peserta memilih turun kelas. Bahkan beralih menjadi PBI yang disubsidi.
——— 000 ———

Rate this article!
Efisiensi Harga BBM,5 / 5 ( 1votes )
Tags: