Eko Hariyanto: Fenomena Baru Kalangan Penderita HIV-AIDS

Foto Ilustrasi

(Anak Sekolah Ikut Terjangkiti)
Kota Mojokerto, Bhirawa
Angka Pengidap HIV-AIDS kian tahun kian meningkat. Hal itu menimpa berbagai latar belakang profesi, pendidikan, hingga usia. Tak terkecuali kalangan anak sekolah yang terindikasi tertular melalui seks bebas dan narkoba.
Data yang ehihimpun dari MENURUT klinik Voluntary Counseling dan Testing (VCT) RSUD dr Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto terdapat 925 penderita HIV-AIDS dalam kurun tahun 2006 hingga tahun 2019. Per April hingga Desember tahun 2019, pertambahan penderita penyakit menular itu mencapai 71 orang.
Didasarkan catatan Dinas Kesehatan Kota Mojokerto, proporsi kumulatif kasus HIV yang ditemukan per kelompok umur tahun 2002 hingga oktober 2019 mencapai 943 penderita. Kelompok umur 25 tahun sampai 49 tahun paling mendominasi. Yakni, 651 kasus HIV alias sebesar 69 persen.
Peningkatan jumlah penderita penyakit mematikan itu diperkirakan terjadi disebabkan perilaku seks bebas dan maraknya penggunaan narkotika dan obat-obatan terlarang. Berbagai latar belakang komunitas, pekerjaan, hingga usia sudah terjangkiti.
Fenomena baru yang muncul di tahun 2019 yakni adanya kasus penderita yang berlatar belakang siswa sekolah. Itu terjadi di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA).
Total ada empat siswa yang diketahui positif HIV/AIDS ketika menjalani rangkaian tes di klinik VCT RSUD Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto. Satu siswa SMP sedang tiga lainnya siswa SMA. Kebanyakan mereka berdomisili di luar Kota Mojokerto.
Manajer Kasus Klinik VCT Kota Mojokerto, Eko Hariyanto mengatakan, didasarkan hasil konseling tren baru itu menjangkiti anak berusia 16 tahun. Di tingkat SMA, menjangkiti siswa putra yang merupakan penyuka sesame jenis. Mereka terjangkiti dikarenakan menjalankan perilaku seks bebas. ”Jadi mereka itu LSL (Lelaki Suka Lelaki),” ujar dia.
Terjangkitinya siswa sekolah itu, ditaksir dari penularan kalangan LGBT (Lesbi, Gay, Biseksual, dan Transgender). Yang mana, dari LSL kemudian mencari pasangan yang lebih muda alias berondong. ”Yang pria dewasa sudah bekerja mencari pasangan yang berondong lalu tertular,” sambung dia.
Sedangkan, siswa SMP yang tertular didasarkan hasil konseling, penularannya ditengarai kuat melalui praktik penggunaan narkoba. Yang juga didukung pula perilaku seks bebas. ”Yang SMP juga putra kemungkinan dari pemakaian narkoba dan seks bebas,” tukas Eko.
Munculnya fenomena itu cukup mengkhawatirkan. Oleh karena itu, Eko turut mendorong kalangan orang tua dan sekolah untuk lebih mengawasi pergaulan anaknya. Perilaku yang aneh atau gerak-gerik yang mencurigakan dapat dikonselingkan ke klinik VCT. ”Kami himbau agar lebih diperketat pengawasan. Untuk pemeriksaan lebih detail dapat dilakukan konseling di klinik VCT,” tandasnya. [kar]

Tags: