Ekonomi Tumbuh 5,8 Persen, Jatim Butuh Investasi Rp 520 Triliun

Gubernur Jatim Dr H Soekarwo bersama Debuti Komisioner Budi Armanto, anggota Dewan Komisioner Nelson Tampubolon dan Kepala OJK Regional 4 Sukamto saat menggelar Pers Confrence di Hotel JW Marriot Surabaya.

Pemprov, Bhirawa
Gubernur Jatim Dr H Soekarwo telah menargetkan pertumbuhan ekonomi Jatim bisa mencapai 5,8 triliun. Namun untuk merealisasikannya, bukanlah hal mudah. Pemprov membutuhkan investasi sebanyak Rp520 triliun yang harus masuk ke Jatim.
Investasi tersebut bisa diperoleh dari uang pemerintah baik APBN, APBD provinsi ataupun APBD kabupaten/kota, investasi fasilitas (PMDN/penanaman modal dalam negeri dan PMA/penanaman modal asing) dan non fasilitas. Selain itu, ada pertumbuhan lending credit yang diharapkan naik menjadi lebih dari 12 persen.
“Yang menjadi harapan besar kami adalah pertumbuhan lending credit tahun 2017, bisa mencapai sama dengan atau lebih besar dari 12 persen lebih tinggi, dibanding tahun 2016 yang hanya mencapai 8 persen. Pertumbuhan kredit ini yang diharapkan. Kalau itu dilakukan Jatim pada posisi aman di 5,8 persen,” kata Gubernur Soekarwo, saat Pertemuan Tahunan Pelaku Industri Jasa Keuangan 2017 di Ballroom Hotel JW Marriott Surabaya, Selasa (17/1).
Ia menjelaskan, berdasarkan prediksi Bank Indonesia, pertumbuhan ekonomi Jatim bisa mencapai 5,7-6,1 persen pada tahun 2017. Namun pertumbuhan ekonomi Jatim bisa semakin meningkat lagi jika dibuka dan didorong IPO perusahaan-perusahaan di Jatim. Dengan kata lain ada pemasukan modal di perusahaan dengan IPO. Jika ini dilakukan, maka proses industrialisasi yang ada di industri, produknya akan naik.
Pakde Karwo, sapaan lekat Gubernur Soekarwo, mengusulkan OJK Regional 4 Jatim, Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah (TPAKD) Jatim, dengan pemerintah daerah (pemda) dan Bank Mandiri untuk saling bekerjasama. Dalam hal ini, Bank Mandiri sebagai informasi akses kredit dan inkubator klinik.
“Inkubator klinik untuk akses pembiayaan, proses industri dan pasar terhadap UMKM. Industri yang mendesak adalah packaging, yang kedua tentang design yang dibuat bagaimana Jatim bisa menurunkan suku bunga. Kita bisa asal mau. Kalau setuju, ini bisa menjadi tempat kita melayani masyarakat,” jelasnya.
Selain itu,  Pakde Karwo juga menyampaikan, OJK harus menawarkan dan ikut  membantu dalam peremajaan mesin-mesin industri di Jatim. “Mesin- mesin itu sudah tua jadi perlu peremajaan,” tegasnya.
Sementara itu, Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Regional IV Jatim, Sukamto, mengatakan, Market share volume usaha perbankan di Jatim tahun 2016 lalu mencapai 7,89 persen dari volume usaha perbankan nasional dengan petumbuhan total aset sebesar 7,35 persen, 6,03 persen dan 4.39 persen. Sedangkan kinerja pasar modal di Jatim juga menunjukkan adanya pertumbuhan yang cepat dari peningkatan jumlah investor sebanyak 10,998 orang atau 20,41 persen.
Pertumbuhan kredit pada sektor prioritas di Jatim yaitu pada Sektor Agrikultur (pertanian, perburuan, kehutanan dan perikanan) dan Sektor Industri Pengolahan masing-masing meningkat sebesar 11,17 persen dan 5,11 persen.
“Dukungan Pemprov Jatim terhadap pelaksanaan program KUR juga diwujudkan dengan program kerja sama dengan PT BPD Jatim melalui pelaksanaan loan agreement dalam bentuk penyaluran kredit industri primer dengan suku bunga 7 persen sampai 9 persen. Kedepannya, OJK akan mendorong penyempurnaan skema KUR yang lebih fokus pada sektor-sektor produktif yang diharapkan dapat meningkatkan jumlah UMKM yang bankable,” jelasnya.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Nelson Tampubolon menyampaikan, arahan strategis bagi industri jasa keuangan yang ada di wilayah kerja Kantor OJK Regional 4 Jatim bahwa kinerja sektor jasa keuangan sampai tahun 2016 secara umum positif. Tingkat kesehatan lembaga jasa keuangan juga masih dalam kondisi terjaga dengan didukung tingkat permodalan dan likuiditas yang memadai. [iib,ma]

Tags: