Eks HTI Beberkan Bahaya Paham HTI untuk NKRI di Lamongan

Kapolres Lamongan AKBP Feby Hutagalung usai seminar bahaaya HTI di kampus Unisla Lamongan

Lamongan, Bhirawa
Mantan penganut Hisbut Tahrir Indonesia (HTI) memberikan kesaksiannya terkait bagaimana bahayanya paham yang dianut sebelumnya tersebut, terhadap keutuhan NKRI.
Eks HTI yang bersedia berbagi pengalamannya tersebut adalah Ainur Rofiq Al-Amin, Ia memutuskan untuk keluar setelah memahami bahwa paham yang dianut HTI tidak sesuai dengan landasan NKRI.
“Intinya kita memiliki perkembangan pemikiran, ada berubah pemikiran, dengan membaca, merefleksi, berdiskusi, dan akhirnya kita memahami bahwa HTI itu adalah salah, karena tidak sesuai dengan NKRI dan seterusnya,” kata Rofiq, dalam Seminar bahaya HTI terhadap keutuhan NKRI, di Universitas Islam Lamongan (Unisla) lusa kemarin.
Dalam kesempatan ini, Rofiq menyebut bahwa di dalam HTI memang diberikan doktrin-doktrin bahwa selama ini NKRI menggunakan sistem yang kufur.
“Ada doktrin bahwa Indonesia adalah menggunakan sistem kufur. Kalau anda masih menyetujui NKRI, ya mari jaga NKRI, tapi kalau anda ingin ganti khilafah ya silahkan, kalau saya nggak mau. Karena ulama kita sudah mengatakan bahwa NKRI itu merupakan hasil ijtihat,” tuturnya.
Sementara Kapolres Lamongan, AKBP Feby D.P Hutagalung mengatakan, jika ideologi dan sistem NKRI sampai dirubah, maka hal itu akan merusak tatanan kehidupan dalam berbangsa dan bernegara.
“Ini yang sangat membahayakan. Mangkanya kita harus sigap, harus waspada, walaupun berdasarkan data intelejen HTI di Lamongan tidak begitu besar, tapi hangan sampai kita kecolongan,” tutur Feby.
Feby berharap, kesaksian dari mantan HTI inilah yang diharapkan dapat memberikan wawasan dan pencerahan kepada seluruh elemen masyarakat tentang paham HTI.
“Kesaksian beliau inilah yang kita harapkan bisa mencegah paham HTI maupun paham-paham radikal lainnya yang bertentangan dengan ideologi bangsa kita benar-benar harus dikikis sampai habis,” ujarnya
Lebih lanjut Feby menjelaskan, dipilihnya Unisla sebagai sebagai lokasi seminar, karena selama ini lembaga pendidikan menjadi pintu masuk HTI untuk menyebarkan pahamnya.
“Maka pintu masuk di lembaga pendidikan ini harus bisa ditutup sama-sama, tentunya dengan melibatkan pengajar dan mahasiswa. Saya yakin dengan kesigapan kita, juga tokoh NU dan Muhammadiyah, lambat laun pasti akan kita hilangkan,” ucap Feby. [Mb9]

Tags: