Eks Pengikut Gafatar Jatim Pulang Kampung

Bupati Nyono Suharli saat menyambangi eks Anggota Gafatar yang dipulangkan di Jombang dan sementara ditampung di SMAN 3 Jombang. [ramadlan/bhirawa]

Bupati Nyono Suharli saat menyambangi eks Anggota Gafatar yang dipulangkan di Jombang dan sementara ditampung di SMAN 3 Jombang. [ramadlan/bhirawa]

Nganjuk, Bhirawa
Dua belas warga Nganjuk yang terdiri dari tiga kepala keluarga mantan pengikut Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar), Senin ( 25/1) telah ditampung di aula Balai Latihan Kerja (BLK), Nganjuk di Jl. Lurah Surodarmo. Namun demikian, ada keragu-raguan dari ksejumlah kalangan masyarakat untuk menerima kembali kepulangan mereka ke desa masing-masing.
Untuk itu dalam beberapa hari ke depan, Pemkab Nganjuk masih memikirkan penanganan masa depan para mantan pengikut Gafatar tersebut. “Tadi baru saja rapat yang melibatkan semua unsure Muspida, sementara eks pengikut Gafatar masih ditampung di BLK,” terang Kepala Kantor Kesbangpolinmas Pemkab Nganjuk, Drs Abdul Wakid.
Lebih lanjut Abdul Wakid menjelaskan, untuk beberapa hari, mantan pengikut Gafatar akan dilakukan rehabilitasi mental, psikologi, ideology dan agama. Tim yang ditunjuk Bupati Nganjuk telah menyusun jadwal kegiatan yang dilaksanakan oleh Dinsosnakertrans. Tokoh masyarakat, ulama serta Kepolisian dan TNI akan dilibatkan dalam proses rehabilitasi termasuk psikiater. “Tim sedang menyusun jadwal dan menunjuk sejumlah tokoh untuk memberikan wawasan terhadap para mantan pengikut Gafatar,” papar Abdul Wakid.
Abdul Wakid juga menerangkan, saat ini memang ada penolakan dari masyarakat terhadap pemulangan para pengikut Gafatar tersebut. Terutama, warga Desa Polu Wetan Kecamatan Jatikalen yang paling keras melakukan penolakan.
Alasannya, warga tidak ingin di desa tempat tinggalnya muncul aliran atau kelompok yang menyimpang. Untuk itu Bupati  Nganjuk, menurut Abdul Wakid, telah memerintahkan camat dan kepala desa untuk memberikan pemahaman kepada warga desa yang akan menerima kepulangan mantan pengikut Gafatar. “Bupati telah perintahkan camat dan kepala desa untuk memberikan pemahaman terhadap warganya agar menerima kembali mantan pengikut Gafatar,” tegas Abdul Wakid.
Disambangi Bupati
Sementara itu, Bupati Jombang, Nyono Suharli, bakal memberikan kemudahan pengurusan kartu kependudukan bagi Exs anggota organisasi Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar). Hal ini disampaikan saat mengunjungi 4 Kepala Keluarga  yang dipulangkan dari Mampawah Kalimantan Barat (Kalbar) yang ditampung di asrama Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Jombang. “Terkait data kependudukan, kita akan mempermudah mereka (exs Gafatar) dalam melakukan singkronisasi masalah kepedudukan, karena rata-rata ex gafatar sudah mengajukan surat pindah ke Kalimanta,” ujarnya, Senin ( 25/1).
Jumlah Anggota exs organisasi Gafatar yang di pulangkan ke Jombang sebanyak 19 orang. Mereka terdiri dari empat KK (kepala keluarga). Bupati Nyono juga menyampaikan sejumlah pesan dan berdialog dengan warga eks Gafatar itu yang  di ‘inep’kan di beberpa ruang di SMAN 3 Jombang.
“Mereka adalah korban yang tak tahu menahu tetang hal itu (gafatar), mereka juga adalah saudara kita yang perlu kita berikan pemahaman tentang Negara Kesatuan Repulik Indonesia (NKRI) dan Aqidah dalam beragama. Dan mereka akan kita tampung hingga tiga hari kedepan,” tandasnya.
Dapat Pembinaan
Sementara itu, sebelum dipulangkan ke kampung halaman masing-masing, sebanyak 11 mantan anggota organisasi Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) asal Kabupaten Bojonegoro terlebih dahulu diberi pembinaan ditempat penampungan sementara di GDK oleh pihak Pemerintah Kabupaten (Pemkab) setempat dalam hal ini Asisten 1 Pemkab, Bakesbangpolinmas, dan Disnakertransos, Senin (25/1).
Setidaknya dari 11 anggota Gafatar ini berasal dari 4 keluarga diantaranya adalah Iksan (37), warga Kecamatan Kapas, Sari Botno (33), warga Desa Ngaglik, Kecamatan Kasiman, Sujarno (34), bersama keluarganya yaitu Mariyatun, 30 (istri), Nurul Fatmala, 8 tahun (anak), dan Axel Raihan Diandra Putra, 3 minggu (anak), Asal dari Dusun Taji RT 23 RW 04, Desa Sukorejo, Kecamatan Tambakrejo.
Selain itu, Matrais (54), dan keluarganya yaitu Sri Ayomi, (54) (istri), Robert Ari Wibowo, (21) (anak), Teresia Intan Devita Dewi, (15) (anak), dan Takirada Karinda Zizah Damara, 7 (anak) asal warga Dusun Badug RT 07 RW 02, Desa Sumuragung, Kecamatan Sumberejo.
Kepala Disnakertarnsos Pemkab Bojonegoro, Adie Witjaksono, mengatakan bahwa ke sebelas mantan Penganut anggota Gafatar ini memang sudah diketahui kerabat, dan pihak Desa Masing-masing. “Sehingga langsung kami serahkan ke Kepala Desa Masing-Masing,” kata Adi.
Ke Lamongan
Sementara itu pula, sebanyak enam orang warga Lamongan yang bergabung dengan Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) telah pulang ke kampung halamannya. salah satunya adalah Afan Suhariadi, Eks Gafatar yang telah dipulangkan ke rumahnya di Desa Moronyamplung Kecamatan Kembangbahu.
Dari Afan pula diketahui, bahwa Su’udi, seorang guru di SMAN Karangbinangun yang terindikasi mengikuti Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) dan dilaporkan menghilang, ternyata memang berada di Kalimantan. Hal itu terungkap dari pengakuan Afan Suhariadi, Eks Gafatar yang telah dipulangkan ke rumahnya di Desa Moronyamplung Kecamatan Kembangbahu.
Su’udi sendiri tidak termasuk diantara enam orang eks Gafatar asal Lamongan yang telah dipulangkan ke Lamongan pada Minggu malam lalu (24/1). Dia diketahui telah menjual rumah nya di Gresik dan dilaporkan menghilang bersama isteri dan kelima orang anaknya sejak 2 Oktober 2015.
Keterangan keberadaan Su’udi itu disampaikan Afan menjawab pertanyaan dari Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) Lamongan Sujito ketika menerima kunjungan Pj Bupati Lamongan Wahid Wahyudi di kediamannya, di Dusun Nyamplung Desa Moronyamplung Kecamatan Kembangbahu. “Iya, saya tahu beliau, tapi saya tidak tahu apakah beliau sudah pulang ke Lamongan atau belum”, tutur Afan.
Mantan Sekretaris Gafatar Lamongan tersebut menjelaskan bahwa organisasinya telah dibubarkan pada tahun 2015, dengan anggota aktif di Kabupaten Lamongan sekitar 20 orang. Afan menyebutkan baru tiga  hari berada di Kalimantan Barat, hingga  kemudian ada kejadian pembakaran pemukiman eks anggota Gafatar.
Kepada Pj Bupati Lamongan, Afan menyatakan tertarik bergabung dengan Gafatar karena menurut dia, Gafatar adalah organisasi yang bergerak di bidang sosial. “Karena adanya pemberitaan di media soal Gafatar yang membuat kami tidak nyaman, sehingga kami putuskan untuk pindah kesana (Kalimantan) di tempat yang menurut kami bisa diterima,” terang pria yang lahir pada 1987 silam tersebut.
Eks anggota Gafatar yang pulang ke Lamongan itu mendapatkan bantuan Sembako dari Pemkab Lamongan sebagai awal mereka menata hidup lagi di Lamongan. Mereka juga menerima bantuan asupan makanan bergizi dari Dinas Kesehatan. [ris,rur,bas,yit,mb12]

Tags: