Ekspolitasi Besar-besaran Air Tanah Picu Krisis Sumber Air

Sulistiowati, Ketua Forum Koordinasi Pengelolaan DAS Kabupaten Pasuruan di acara program dan peran nyata stakeholder untuk water sustainbility Gunung Arjuna, di Tamandayu Pandaan, Kabupaten Pasuruan.

Pasuruan, Bhirawa
Eksploitasi air bawah tanah (ABT) secara besar -besaran di wilayah kabupaten Pasuruan menyebabkan krisis sumber air.
Ketua Forum Koordinasi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Kabupaten Pasuruan, Sulistiowati menyatakan eksplorasi besar-besaran pengambilan Air Bawah Tanah (ABT) di wilayah Kabupaten Pasuruan menjadi persoalaran serius terkait dengan krisisnya sumber air di wilayah tangkapan air. Karenanya, persoalaran serius tersebut harus menjadi perhatian semua.
“Eksplorasi pengambilan ABT harus disikapi secara serius. Karena berdasarkan anasila lapangan, diketahui semakin lama akan menjadi terkikisnya sumber air di wilayah tangkapan air,” ujar Sulistiowati saat berdiskusi diskusi bertajuk program dan peran nyata stakeholder untuk water sustainbility Gunung Arjuna, di Tamandayu Pandaan, Kabupaten Pasuruan, Kamis (5/9) petang.
Untuk mengembalikan kondisi air seperti semua, harus dilakukan secara menyeluruh baik stakeholder, perusahaan, swasta hingga dibantu masyarakat.
“Semuanya harus turun tangan. Penyelamatan sumber mata air harus dimulai dari saat ini. Jangan sampai ditunda-tunda. Sedangkan untuk konservasi terhadap perusahaan sudah dilaksanakan,” tandas Sulistiowati.
Berdasarkan catatan konservasi tahun 2015 data perusahaan pengambil ABT , terdapat 24 perusahaan, 2016 dilakukan 27 perusahan, 2017 sekitar 31 perusahaan dan tahun 2018 hanya 24 perusahaan.
Sementara itu, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Pasuruan langsung mengintruksikan pada perusahaan yang mengambil ABT untuk merealisasikan kewajiban mereka berupa konservasi.
“Pengambilan ABT dengan perbandingan 1 liter per detik konservasi 1 hektar,” kata Tri Mahendra, DLH Kabupaten Pasuruan.
Ia menambahkan konservasi merupakan kewajiban yang akan diberlakukan oleh pihak DLH dalam mengatasi kebocoran air yang menjadi hajat orang banyak tersebut. “Paling tidak konservasi dilakukan dengan ketentuan ABT capai 60 liter per detik harus menanam 4.600 pohon,” tambah Tri Mahendra. [hil]

Tags: