Ekspor Bioetanol ke Singapura

Foto: ilustrasi

Foto: ilustrasi

Surabaya,  Bhirawa
PT Energi Agro Nusantara yang juga anak perusahaan PT Perkebunan Nusantara X (Persero) mendapatkan kontrak penjualan ekspor produk bioetanol dari sebuah perusahaan di Singapura.
Penandatanganan kontrak penjualan bioetanol dilakukan di Surabaya, Jumat, oleh Direktur Utama PT Energi Agro Nusantara (Enero) Agus Budi Hartono dan Hendra Ali dari PT Bumi Makmur Bersatu selaku perwakilan Vermogen Oil Pte. Ltd, perusahaan yang berbasis di Singapura.
Melalui kontrak kerja sama ini, Enero mendapat pesanan bioetanol fuel grade sebanyak 12.000 kiloliter untuk enam kali pengiriman mulai September 2014 hingga Februari 2015. “Kontrak penjualan ini merupakan kerja sama ekspor yang kedua dilakukan PT Enero setelah pada Juli 2014 lalu melakukan ekspor perdana bioetanol ke Filipina,” kata Dirut PT Enero, Agus Budi Hartono, tanpa merinci nilai kontrak ekspor tersebut, Minggu (24/8).
Komisaris Utama PT Enero, yang juga Direktur keuangan PTPN X, Dolly P Pulungan, mengatakan kontrak penjualan bioetanol dari Singapura dan sebelumnya Filipina, menjadi bukti bahwa kualitas bioetanol produksi Enero diakui pasar internasional. “Hal ini diharapkan bisa mendorong produsen BBM lokal untuk menyerap bioetanol sebagai salah satu bahan campuran (blending) BBM, guna mengurangi volume impor,” katanya.
Pabrik bioetanol yang dikelola anak usaha PTPN X berlokasi di kompleks Pabrik Gula Gempolkrep, Mojokerto, Jawa Timur. Pabrik ini menghasilkan bioetanol fuel grade kualitas tinggi dengan tingkat kemurnian hingga 99,5 persen yang sangat ramah lingkungan dan memiliki angka oktan tinggi, yaitu RON (Research Octane Number) 120.
Kapasitas produksi pabrik bioetanol itu sekitar 30.000 kiloliter per tahun, yang dihasilkan dari pengolahan tetes tebu (molasses). Sekitar 120.000 ton tetes tebu untuk bahan baku bioetanol disuplai dari pabrik gula milik PTPN X.
Agus Budi Hartono menambahkan selain Filipina dan Singapura, produk bioetanol Enero juga diminati pembeli dari beberapa negara, antara lain Korea Selatan, Swiss dan Jerman. Beberapa pembeli lain dari Singapura juga berminat.
Kendati demikian, pihaknya justru bercita-cita agar produksi bioetanol Enero bisa diserap seluruhnya oleh pasar dalam negeri. Saat ini, produknya sudah diserap Pertamina, namun jumlahnya masih sangat minim, hanya sekitar 60.000 liter per bulan.
“Keinginan kami memproduksi bioethanol sebenarnya adalah untuk menggantikan BBM impor yang selama ini masih sangat besar volumenya. Bila saja kebijakan pemerintah untuk mandatori blending BBM E-0,5 dan E-1 (kewajiban pencampuran 0,5 persen bioetanol dalam BBM bersubsidi dan 1 persen dalam BBM nonsubsidi) bisa dijalankan, industri bioetanol lokal akan tumbuh sangat pesat,” paparnya.
Agus Budi optimistis permintaan bioetanol khususnya fuel grade akan semakin meningkat seiring besarnya kebutuhan bahan bakar nabati untuk energi. Bioetanol yang digunakan sebagai campuran bahan bakar kendaraan akan menjadi primadona seiring makin menipisnya cadangan bahan bakar berbasis minyak bumi. [Ma,ant]

Rate this article!
Tags: