Ekspor Biskuit Tembus 30 %

Foto: ilustrasi

Foto: ilustrasi

Surabaya, Bhirawa
Pertumbuhan industri biscuit dalam negeri menunjukkan perkembangan yang cukup menggembirakan. Kali ini pengusaha tidak hanya mengincar pasar lokal melainkan luar negeri.
Bahkan salah satu industri biskuit asal Jatim, PT Mega Global Food Industry (MGFI), menyebut, pangsa pasar luar negeri, terbuka sangat lebar.  Managing Director PT MGFI, Richard Cahadi, penjualan dari pihaknya, justru didominasi dari permintaan pasar luar negeri. “Sebanyak 60 persen penjualan kami untuk pasar luar negeri,” kata Richard, Rabu (9/7).
Tahun ini, permintaan biskuit dari luar Indonesia, tumbuh hingga 30 persen. “Negara-negara yang mengimpor biskuit dari kami, adalah Australia, Cina, dan Korea,” ujar Richard.
Lebih lanjut I menjelaskan, Untuk Lebaran tahun 2014, persiapan meningkatkan kapasitas produksi sudah dilakukan perseroan itu sekitar enam bulan lalu. Untuk permintaan Lebaran 1435 Hijriah, kapasitas produksi naik dua kali lipat. Kalau normal, kapasitas produksi tiap satu jam bisa mencapai 3,5 ton biskuit.
“Penambahan stok produknya juga dilakukan karena seperti tahun lalu setiap lebaran mampu menyumbang kontribusi besar atau mencapai 20 persen terhadap total pendapatan. Bagi kami lebaran adalah momentum perayaan sehingga produk yang dijual selama lebaran termasuk dalam ‘Festive Program’,” ujarnya.
Mengenai pemasaran, optimistis dia, dengan menggandeng pengusaha ritel modern maka berbagai produknya dapat diserap pasar. Apalagi, dengan adanya “Private Label” yang dipasang khusus di salah satu ritel modern.
“Potensi mengembangkan pasar dengan ritel modern sangat besar, mengingat gaya hidup masyarakat sekarang beralih dari pasar tradisional ke ‘modern market’. Untuk itu, kerja sama dengan mereka adalah hal terpenting,” tuturnya.
Melalui kerja sama itu, yakin dia, kontribusi penjualan Giant khususnya cabang Rajawali Surabaya dapat menyumbang hingga 40 persen ke penjualan Kokola selama masa lebaran. Penjualan terbanyak, untuk lebaran saat ini adalah versi “bucket” berbahan plastik karena konsumen bosan dengan kemasan kaleng. “Alasan memilih bahan plastik untuk kemasan, jika isi biskuitnya habis maka wadahnya bisa dipakai secara berulang-ulang sedangkan kaleng umumnya berkarat,” katanya.
Pada kesempatan sama, Perwakilan Giant Rajawali Surabaya, Fahri Rahman N, membenarkan, bahwa lebaran saat ini pihaknya memiliki kerja sama tersendiri dengan Kokola. Salah satunya melalui produk bermerek sendiri “Private Label”. Namun, jalinan kerja sama itu hanya untuk produk “Cookies” dan “Wafer”. “Sementara, produk lainnya masih dengan merek Kokola. Untuk lebaran ini, jumlah ketersediaan biskuit, aneka minuman, dan beberapa pakaian kami tingkatkan tiga kali lipat,” katanya.
Di tempat berbeda, “Sales Manager Carrefour BG Junction”, Aria Satya melanjutkan, juga melakukan penambahan stok di cabangnya hingga meningkat 30 persen dibandingkan tahun lalu. Bahkan, dari awal pihaknya sudah memasok produk biskuit lebih besar karena tahun lalu selalu kehabisan stok.
“Kalau bulan biasa, stok biskuit seminggu hanya dua hingga tiga karton sedangkan Ramadhan tahun ini bisa 20 karton per merek dalam satu pekan. Stok itu sudah kami siapkan dua bulan sebelumnya lebaran,” ucapnya. [ma]

Rate this article!
Tags: