Ekspor di Provinsi Jatim Turun, Dikarenakan Perhiasan dan Permata

Foto Ilustrasi

Pemprov Jatim, Bhirawa
Perdagangan ekspor perhiasan dan permata belum juga membaik., berdampak pada penurunan ekspor Jawa Timur. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur menyebutkan selama periode Januari-November 2018 USD 2,759 juta.
Lebih sedikit dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar USD 2,939 juta. Kepala Bidang Statistik Distribusi BPS Jawa Timur Satriyo Wobowo mengatakan, kinerja ekspor perhiasan dan permata turun cukup banyak sebesar 6,11 persen pada periode sama tahun lalu.
“Tren terus menurun, dari Oktober ke November turun cukup besar 68,61 persen. Penurunannya paling besar diantara 10 komoditi (andalan) non migas lain,” ujar Satriyo saat menyampaikan rilisnya, Senin (17/12).
Turunnya perdagangan perhiasan dan permata Jawa Timur ini, diungkapkan Satriyo, disebabkan permintaan dari negera Swiss yang merosot. Sebagai hub di Eropa, pengiriman perhiasan dan permata dari Jawa Timur cukup besar ke negara yang terletak di Pegunungan Alpen tersebut, sehingga, ketika terjadi penurunan permintaan cukup mempengaruhi.
Sementara, untuk ekspor negara lain ke Singapura dan Jepang, posisinya masih stabil. “Memang penurunan memang untuk pasar Eropa ke Swiss itu yang cukup tajam. Sebenarnya stabil pasar ekspor perhiasan kita. Ke Singapura dan Jepang kita masih relatif stabil,” jelasnya.
Kendati demikian, data BPS Jawa Timur masih menempatkan perhiasan dan permata sebagai andalan ekspor Jawa Timur. Pada November ini berhasil mencatatkan USD 142,2 juta. Lebih tinggi dibanding ekspor kayu yang hanya USD 122,4 juta di November 2018.
“Meski turun, tapi masih menduduki peringkat permata. Perhiasan masih menjadi andalan ekspor yang dilakukan Jawa Timur,” paparnya.
Dikatakannya juga, secara keseluruhan, kinerja ekspor years on years dari Januari-November 2018 dibanding 2018 mengalami kenaikan sebesar 4,5 persen. Dengan nilai FOB sebesar USD 18,9 juta, meningkat dari USD 18,06 juta. Permata dan perhiasan paling banyak. [rac]