Ekspor Perikanan di Jatim Meningkat

Budi Setiawan

Budi Setiawan

Surabaya, Bhirawa
Ekspor produk perikanan nonkonsumsi Jatim saat ini mengalami perkembangan cukup pesat. Menurut data dari Badan Pusat Statistic (BPS) dan Dinas Disperindag Jatim mulai Januari-Februari 2014 ekspor non migas industri ikan dan udang mencapai 146,498 juta dollar AS atau 45,22 persen dibanding periode yang sama 2013.
Kepala Disperindag Jatim, Budi Setiawan mengatakan, secara ekonomi, bisnis perikanan nonkomsumsi di Jatim memiliki prospek yang menjanjikan. Kondisi tersebut bisa dilihat dari tren ekspor produk industri perikanan olahan ikan dan udang dari tahun ke tahun terus meningkat.
Produk-produk ekspor Jatim industri perikanan menempati posisi sepuluh besar atau nomor enam dari deretan dari produk-produk ekspor non migas. Posisi ekspor Jatim sampai dengan Februari 2014 pertama ditempati industri perhiasan dan permata diikuti bahan kimia organik, lemak minyak hewan/nabati, kayu barang dari kayu kertan karton baru industri perikanan dan udang.
Ekspor produk-produk perikanan paling banyak ke Asia, Asia Timur yakni Jepang, Korea, Taiwan dan ke Amerika Serikat serta ke negara-negara Eropa. Dengan jumlah ekspor komoditi perikanan Jatim yang cukup besar karena di daerah ini terdapat lebih dari 100 Industri perikanan yang tersebar di berbagai daerah di Jatim seperti Gerbang Kertasusila Surabaya, Mojokerto, Sidoarjo, Pasuruan, Gresik. Juga Malang, Banyuwangi serta Tuban dan di daerah Madura.
Sedangkan bahan baku industri perikanan di Jatim berasal dari para nelayan di Indonesia Timur dan sebagian dari para nelayan Jatim. Karena para nelayan Jatim sendiri belum mampu memenuhi kebutuhan bahan baku industri untuk menunjang ekspor.
Nelayan Jatim hanya mampu menangkap ikan di laut paling jauh antara 4-12 mil atau kurang dari 200 mil dari laut bebas. Di area ini ikan yang sedikit diperebutkan oleh nelayan yang banyak maka hasil tangkapan kurang maksimal.
Padahal ikan paling banyak berada di laut bebas. Karena keterbatasan kapal dan sarana-prasarana untuk menangkap ikan maka para nelayan Jatim kurang mendapatkan hasil laut yang melimpah di perairan di daerahnya sendiri.
Dampak dari kurang maksimalnya hasil tangkapan maka penghasilan para nelayan masih kurang memadai. Dengan tangkapan ikan yang kurang maksimal maka harga ikan di pasar-pasar tradisional dan pasar modern masih mahal.
Dampaknya daya beli masyarakat terhadap ikan dan produk perikanan tidak terjangkau maka kumsumsi masyarakat terhadap ikan dan udang kurang. Oleh sebab itu pemerintah diharapkan membuat kapal yang berukuran besar selain untuk menangkap ikan juga sebagai tempat industri pengalengan ikan yang siap dipasarkan dengan harga yang jauh lebih murah dari harga tahu dan tempe.
Jika program tersebut dapat diwujudkan maka masyarakat dipastikan akan banyak membeli ikan sebagai lauknya maka program gemar makan ikan yang setiap tahun di canangkan akan bisa terwujud.
Dengan banyak masyarakat yang memakan ikan dipastikan bisa membantu kesehatan masyarakat dampaknya para generasi muda masyarakat Indonesia semakin bertambah sehat dan cerdas. [iib]

Rate this article!
Tags: