Ektrakurikuler Jurnalistik SD Muhammadiyah 11 Menarik Perhatian Siswa

Surabaya, Bhirawa
Profesi jurnalis sangat menarik perhatian para siswa. Seperti siswa SD Muhammadiyah 11 Surabaya, ketika dibuka ekstrakurikuler jurnalistik sejumlah siswa antusias untuk mengikuti pelatihan dan mendalami materi tentang seluk beluk dunia jurnalistik dan terjun menjadi seorang reporter cilik untuk mengisi majalah dinding atau Mading sekolah.
Menurut Humas SD Muhammadiyah 11, Ustadz Mariono SPd, memang ekstrakurikuler jurnalistik ini merupakan ekstrakurikuler yang baru saja diperkenalkan kepada para siswa, terutama untuk siswa kelas V dan VI. Yakni untuk mendidik para siswa untuk bernalar, untuk merangsang siswa agar senang membaca dan menulis, karena Kota Surabaya sedang gencar-gencarnya dengan Gerakan literasi.
“Dalam ekstrakurikuler jurnalistik para siswa bisa belajar membaca dan menulis, mengamati, berbicara dan narasumber, mewawancarai, serta menulis hasil wawancara dalam bentuk berita. Ini semua termasuk dalam Gerakan Literasi,” ujar Ustadz Mariono ketika ditemui di sekolahannya yang terletak di Jl Dupak, Surabaya.
Ustadz Mariono menjelaskan, setiap pagi sebelum pelajaran dimulai, para siswa harus membaca senyap yakni membaca tanpa mengeluarkan suara selama 20 menit. Selanjutnya para siswa disuruh untuk menceritakan hasil membaca senyap buku apapun yang telah dibacanya. Untuk mensukseskan Gerakan Literasi di SD Muhammadiyah 11 Surabaya, Setiap Hari Senin para siswa diwajibkan untuk mengikuti baca senyap, setiap Hari Selasa baca nyaring, setiap Hari Rabu menulis, Sedangkan setiap Hari Kamis para siswa bisa mendongeng atau bercerita apa saja hasil dari membacanya.
Meski baru sebulan terbentuk, ekstrakurikuler jurnalistik ini banyak menarik minat para siswa yakni sebanyak 25 siswa kelas V dan kelas VI telah bergabung di dalamnya. Sehingga kedepannya, Ustadz Mariono berharap, para siswa bisa belajar tentang ilmu-ilmu yang berhubungan dengan jurnalistik lebih mendalam dan bisa menerapkan ilmunya yakni menjadi reporter cilik bagi sekolahannya, maka bisa terjun untuk melakukan liputan dan melaporkan hasil liputannya dalam bentuk berita yang bisa ditayangkan dalam majalah sekolah atau Mading, sedangkan teman-teman lainnya bisa membaca beritanya.
“Ya, muda-mudahan anak-anak yang tergabung dalam ekstrakurikuler jurnalistik bisa menyerap ilmu dari pembinannya. Sehingga mereka bisa menjadi jurnalis cilik bagi sekolahnya dan bisa terjun untuk event yang melibatkan sekolah seperti ketika temannya mengikuti berbagai lomba di luar sekolah. Dan semoga kelak ketika dewasa mereka juga bisa menjadi reporter yang handal sehingga bisa menyajikan berita bagi warga masyarakat,” papar Ustadz Mariono.
Selain ekstrakurikuler jurnalistik, di SD Muhammadiyah 11 juga ada ektrakurikuler English Club, Japanese Club dan Arabic Club, juga ada Matematik Club, Science Club, Seni Musik Band dan Seni Hadra, Seni Tari Remo dan Seni Tari Kreasi Baru, Futsal, Tenis Meja dan Bulu Tangkis, serta Panahan. Juga Caracter Building atau pembentukan karakter dengan 3S yakni Senyum, Salam dan Salim, bahkan ada PKS yaitu Patroli Keamanan Sekolah dimana para siswa bisa bertugas membantu menjadi polisi cilik untuk membantu menyeberangkan temannya. Dan ada murotal dan murojaah seni baca Alquran surat-surat pendek, serta pembiasaan Salat Dhuha.
Ustadz Mariono menjelaskan, ektrakurikuler ini untuk mewadahi minat dan bakat para siswa di berbagai bidang life skill untuk mempersiapkan kecakapan hidup para siswa untuk bekal hidupnya ketika dewasa, sehingga siap terjun di masyarakat untuk menerima tantangan hidup di masa depan. Dan yang terpenting para siswa juga dibekali nilai-nilai religius.

Belajar Ilmu Jurnalistik Ingin Menjadi Reporter Handal
Salah satu peserta ektrakurikuler jurnalistik, Kamilia Azzahra Syamsi, siswa kelas V menjelaskan, dalam ekstrakurikuler jurnalistik yang dibina Ustadz Galih dirinya telah belajar cara memotret atau mengambil foto jurnalistik dan melatih percaya diri. Karena dirinya ingin seperti reporter yang ada di TV yang melaporkan berita-berita olah raga, politik dan hukum, serta kriminal.
“Saya ingin belajar mewawancarai dengan baik, ingin memperluas pergaulan, untuk mencari ilmu-ilmu baru. Saya ingin menjadi reporter seperti reporternya Net TV, seperti di program olah raga atau Net 10 dan Net 12 dengan salah satu reporternya, Anjana Demira. Saya ingin menjadi reporter yang terkenal yakni bisa melakukan liputan langsung, dengan mewawancari narasumber dan langsung menyajikan hasil liputan yang terbaik,” ujar gadis berwajah manis ini yang juga putri Ketua KPU Surabaya, Nur Syamsi SPd ini.
Ketika ditanya, apa saja yang telah dipelajari di ekstrakurikuler jurnalistik, Amel-sapaan akrabnya menjelaskan, telah belajar prinsip menulis berita yakni 5W dan 1H (who, what, where, when, why, how) dengan bagus, cara memotret jurnalistik dan pengambilan angel yang baik, membikin laporan dari hasil pengamatan, melaporkan hasil liputan dan bentuk naskah berita dan belajar mengolah informasi dari narasumber. Sedangkan dalam penulisan berita juga diajarkan cara menulis dengan penempatan titik dan koma yang benar, penulisan dan penggunaan huruf kapital yang baku.
“Ustadz Galih mengajarkan kami melakukan wawancara dengan seorang narasumber dengan baik yakni harus beretika dan menguasai materi wawancara dengan baik. Misalnya, saya telah mewawancarai teman-teman yang mengisi acara peringatan 17 Agustusan, kemudian harus menuliskan hasil wawancara dengan penempatan titik dan koma yang tepat dan penggunaan hurf kapital yang baku dan hasilnya telah ditayangkan dalam web sekolah dan di grup WA,” tandasnya, meski mengaku masih kesulitan mencari ide dalam membuat laporan dan mencari angle dalam memotret untuk mendapatkan hasil yang bagus. [fen]

Tags: