El Nino, Produksi Padi di Jatim Diprediksi Turun 1-2%

15-tanam-padiPemprov, Bhirawa
Prediksi terjadinya el nino atau kemarau panjang oleh BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika) yang akan terjadi sepanjang 2014 hingga 2015 bakal menurunkan produksi padi di Jatim antara 1-2%. Untuk nasional penurunan padi akibat el nino diprediksi mencapai 6%.
Kepala Dinas Pertanian Jatim Dr Wibowo Eko Putro  melalui Kabid Produksi Tanaman Pangan Dinas Pertanian Jatim Achmad Nurfalakhi mengatakan, target produksi padi di Jatim pada tahun ini sekitar 12,5 juta ton.  Datangnya fenomena el nino, maka 1-2 persen dari total target produksi padi, atau sekitar 125 ribu ton sampai 250 ribu ton akan berkurang.
“Fenomena el nino akan menimbulkan kekeringan hingga membuat produksi padi berkurang. Harapannya kisaran penurunannya tidak banyak, antara 11,750 juta ton,” kata Nurfalakhi, Senin (14/4).
Dinas Pertanian Jatim juga terus menyosialisasikan pada petani agar bersiap untuk beradaptasi menanam tanaman yang cocok dengan cuaca saat ini. Sebab, perubahan cuaca ke kemarau,  petani diharapkan sudah mempersiapkan menanam tanaman palawija seperti jagung dan kedelai.Untuk target tanaman jagung pada 2014, sekitar  6 juta ton dan kedelai 295 ribu ton.
“Biasanya petani di Jatim sudah mengetahui apa yang seharusnya nanti dilakukan pada musim per musim. Kami juga terus berupaya memberikan sosialisasi agar produksi pangan tetap terjaga,” katanya.
Sebelumnya BMKG mengimbau pemerintah dan para petani untuk tidak memaksakan penanaman padi pada akhir 2014 karena el nino. Imbauan juga disampaikan untuk pelaku usaha pertanian pangan untuk mengganti tanaman padi menjadi palawija, seperti jagung untuk musim tanam ketiga tahun ini, karena musim kemarau menjadi lebih panjang.
Pada 2014, secara nasional musim kemarau rata-rata akan jatuh pada akhir April hingga Juni, kecuali Aceh dan Sumatera Utara yang terkena lebih dahulu, yaitu Januari-Februari. Sementara Pulau Sulawesi secara umum mengalami keterlambatan, yaitu pada September-Oktober.
Untuk Jawa Timur hingga Nusa Tenggara Barat dan Timur, paparnya, musim kemarau pada 2014 diramalkan akan lebih panjang dibandingkan dengan tahun lalu, yaitu bisa mencapai 6-8 bulan, sementara untuk bagian selatan Sumatera dan Jawa Barat, sedikit lebih pendek.
BMKG dan Kementerian Pertanian mengatakan akan terus memantau indikasi dan kemungkinan cuaca ekstrem yang mengakibatkan gagal panen pada musim tanam kedua. Dikhawatirkan hampir separo lebih stok pangan nasional didapatkan dari musim tanam ini.  [rac]

Tags: