Elizabeth Michelle Heryawan, Pianis Termuda Bertalent Level Dunia

Kepala Cabang Dindik Jatim Wilayah Surabaya Dr Sukaryantho menerima Elizabeth Michelle Heryawan dan ayahnya Indra Heryawan.

Raih Gelar Setara Magister di Kelas XI SMA
Surabaya, Bhirawa
Bakat menjadi seorang pianis telah dimiliki Elizabeth Michelle Heryawan sejak usianya masih dini. Belajar dan terus belajar, usaha itu pun kemudian menghasilkan sederet prestasi. Hingga akhirnya, siswa kelas XI SMA IPH itu berhasil memecahkan rekor dunia versi Record Holders Republic (RHR) sebagai pianis termuda peraih Fellowship of The London College of Music (FLCM) dari University of West London, Inggris pertengahan Oktober lalu.
Pencapaian itu membanggakan tidak hanya bagi Michelle. Orangtua, guru, sekolah hingga pemerintah menaruh kagum atas bakat yang melekat pada jari-jarinya memainkan piano. Selasa, Kemarin (31/10), Michelle diterima secara khusus Dinas Pendidikan (Dindik) Jatim sebagai apresiasi atas prestasi yang diraihnya. Maklum, gelar FLCM Michelle merupakan gelar tertinggi setara magister (S2) dalam bidang musik piano. Selain termuda di dunia, dia juga merupakan satu-satunya lulusan pertama University of West London dari Indonesia.
“Sejak masih TK (Taman Kanak-kanak) sudah senang main piano, tapi masih dianggap main-main. Suka piano itu karena bentuk dan suaranyanya unik,” ungkap Michelle ditemui di Kantor Cabang Dindik Jatim Wilayah Surabaya.
Hobi itu terus berlanjut hingga Michelle untuk pertama kalinya mengikuti les piano saat duduk di bangku kelas 2 SD. Beberapa bulan setelah les itu dia langsung berhasil menorehkan prestasi di tingkat Kota Surabaya. Michelle pun tak segera puas hingga akhirnya dia berpindah-pindah tempat kursus hingga 16 kali. “Dengan pindah-pindah itu saya dapat belajar teknik piano yang berbeda-beda. Di samping itu, setiap tempat kursus juga memiliki perbaaan tersendiri,” tutur putri dari pasangan Indra Heryawan Harso dan Wenny Tanuwidagdo ini.
Alumni SMPK Santa Agnes ini mengaku, dari perjalanannya belajar dan mengikuti kompetisi piano, di tahun 2014 dia mencoba ujian musik terbuka yang diselenggarakan University of West London. Ujian ini untuk meraih gelar diploma bidang musik. “Saya dinyatakan lulus,” ujarnya. Capaian ini membuat nama Elizabeth tercatat di Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) pada 2015 lalu.
Di bidang ini, lanjut dia, ada beberapa tingkatan yang harus dilalui sebelum puncak gelar fellowship. Pertama adalah diploma, kemudian associate, selanjutnya licentiate, terakhir ialah fellowship. “Untuk gelar associate saya peroleh tahun 2015, gelar licentiate tahun 2016. Gelar terakhir tahun 2017 ini,” ungkapnya pengagum Pianis China Langlang ini.
Ditanya tentang aliran musik, semula Michelle mengaku senang dengan aliran musik klasik. Namun berkembang, dia kini lebih senang dengan aliran musik tradisional. Dalam proses belajar di perguruan tinggi asal Inggris itu, Michelle membuat tesis mengenai lagu yang dimainkan. Saat itu dia memainkan lagu Appassionata dari Beethoven dan Grande Polonaise Brillante. Selain itu, dia juga menjawab pertanyaan dari para penguji. “Ujiannya di Surabaya, tapi ada representatif yang datang dari sana,” katanya.
Michelle mengungkapkan, University of West London merupakan kampus terbuka. Karena itu, dia tak harus mengikuti perkuliahan. Hanya, remaja kelahiran 17 April 2001 tersebut tetap mempersiapkan diri untuk menghadapi ujian. “Memang dalam pelajaran untuk SMA sering ketinggalan pelajaran. Tapi Sekolah memahami kesibukan saya dan sangat support. Jadi sering dikasih pelajaran tambahan begitu ketinggalan,” kata Michelle.

Berharap Jadi Inspirasi Anak Surabaya Sebayanya
Pencapaian Elizabeth Michelle Heryawan harus diakui sebagai sebuah kebanggaan. Di usianya yang masih belia, dia telah melalui berulang kali keberhasilan dengan usaha yang tentu tidak sederhana. Karena itu, kiprah Michelle ini semestinya menjadi inspirasi bagi anak-anak Surabaya yang sebaya dengan dia.
Hal itu diungkapkan Kepala Cabang Dindik Jatim Wilayah Surabaya Dr Sukaryantho saat menerima kedatangan Michelle dan rombongan SMA IPH di kantornya Jalan Jagirsidoresmo V Surabaya. Menurut Karyantho, lembaga pendidikan sudah seharusnya memberi akses kepada anak-anak untuk bisa mengembangkan bakat dan minat sejak dini. Apakah itu kemampuan untuk meraih prestasi akademik maupun non akademik.
“Kita dari pemerintah juga akan berusaha memberikan wadah untuk anak-anak ini bisa mengekspresikan bakat-bakatnya. Prestasi sehebat ini harus menular ke pelajar SMA/SMK yang lain di Surabaya,” tutur Karyantho.
Indra Heryawan, arangtua Michelle, mengakui bakat yang dimiliki anaknya tumbuh secara alami melalui hobi dan usahanya untuk serius berlatih. Meski dirinya mengaku sempat bisa bermain piano, namun itu hanya sekadar bisa. “Tidak ada keturunan. Saya tahu ya hanya tahu,” kata Indra.
Sebagai orangtua, Indra mengaku hanya bisa mendukung bakat anak-anak hingga mencapai level tertinggi. Meski diakui, anaknya sempat keteteran menjalani aktifitas sebagai seorang pianis dan pelajar secara bersamaan. Itu terjadi saat anaknya duduk di bangku kelas 6 SD. “Waktu menjelang UN (Ujian Nasional) sempat saya minta untuk beristirahat. Kemudian setelah itu dia lari lebih kencang lagi,” pungkas Indra. [tam]

Tags: